Tautan-tautan Akses

Komputer dan Kegiatan Manusia - 2002-04-08


Lima puluh tahun yang lalu, komputer adalah mesin-mesin mekanis yang membutuhkan ruang kantor yang besar dan arus listrik yang banyak. Komputer itu harus terus-menerus dibantu dan diamati oleh sejumlah ahli teknik dan matematik supaya bisa berfungsi secara effisien. Tapi sekarang, ukuran komputer telah semakin kecil, mudah penggunaannya dan bisa dimanfaatkan untuk banyak hal. Di Amerika diperkirakan ada 32 juta lebih orang yang bekerja penuh ataupun part-time dari rumah masing-masing, dengan menggunakan komputer.

Salah seorang dari mereka adalah Paul Edwards, seorang pengacara yang tinggal di kota Santa Monica, California. Paul sebelum ini menghabiskan waktu berjam-jam tiap hari, naik mobil dari rumah ke kantor dan sebaliknya, lewat jalan-jalan yang macet. Pada suatu hari dia memutuskan untuk membuka kantor di rumahnya sendiri, dan dia mendapati dia bisa bekerja lebih effisien. Paul akhirnya berkesimpulan, lebih menguntungkan apabila dia memindahkan kantor dan sekaligus sekretarisnya ke rumah. Istrinya seorang ahli psikoterapi, juga mengubah cara kerjanya. Katanya, lebih menyenangkan kalau bisa mengatur sendiri jam kerja, tanpa harus bangun pagi pada jam tertentu, dan naik mobil pada jam-jam sibuk. Paul Edwards membeli komputer baru tidak lama setelah dia dan istrinya mengubah cara dan jadwal kerja mereka. Komputer itu telah melipat-gandakan hasil pekerjaan mereka, tanpa membuang banyak waktu hilir-mudik dari rumah ke kantor. Semua pekerjaan yang dilakukan dengan komputer itu bisa dikirim kepada langganan yang membutuhkannya lewat saluran telpon biasa, dengan syarat tentunya, langganan itu juga punya komputer sejenis. Pasangan suami-istri Paul Edwards kemudian menciptakan sebuah forum elektronik bagi orang-orang seperti mereka, dan lewat forum itu orang bisa saling berhubungan dan saling tukar informasi tentang banyak hal. Sebuah survei yang diadakan belum lama ini menunjukkan, jumlah pembelian komputer untuk keperluan kantor-kantor rumahan, merupakan bagian terbesar dari pasaran komputer pribadi. Revolusi komputer juga telah mempengaruhi cara orang Amerika berbelanja. Semua barang yang dijual di toko bahan makanan dan toko serba ada, dilengkapi dengan label atau merek yang mengandung bahan-bahan informasi yang hanya bisa dibaca oleh komputer. Keterangan itu dimuat dalam sederet garis tebal dan tipis yang berwarna hitam dan putih, yang disebut universal price code. Seorang pelayan toko mendorong barang-barang belanjaan itu lewat alat khusus yang dilengkapi sinar laser untuk membaca garis-garis tadi. Hasilnya, harga barang-barang segera dicatat rapi dalam sebuah daftar rekening yang harus dibayar pembeli.

Sistem berbelanja seperti itu bukan saja lebih cepat bagi langganan, tapi juga menguntungkan bagi pemilik toko. Karena disamping berisi keterangan tentang harga, universal price code juga mengandung keterangan tentang jumlah barang yang masih tersimpan dalam gudang. Tiap kali sebuah barang tertentu dibeli orang, komputer mencatatnya, dan pada saat tutup toko, pemilik toko bisa mengetahui dengan pasti jumlah barang yang terjual,dan jumlah yang masih tersimpan dalam gudang. Itu sangat penting, karena salah satu tugas pemilik toko adalah mengetahui dengan pasti berapa banyak persediaan barang yang masih dipunyainya, supaya dia bisa memesan stok baru tepat pada waktunya.

Sistem universal price code itu diciptakan oleh David Collins, seorang tamatan Massachusetts Institute of Technology, dalam tahun 1968. Collins sebelumnya bekerja 15 tahun pada sebuah perusahaan kereta api. Salah satu kesulitan yang dihadapi perusahaannya waktu itu, adalah menghitung dan mencatat jumlah gerbong yang keluar masuk stasiun, termasuk tempat asal, dan muatannya.

Pekerjaan itu dilakukan secara manual; seorang pegawai ditugaskan mencatat nomor gerbong yang lewat dimukanya. Itu harus dilakukan dengan cepat dan tepat, karena suatu rangkaian kereta api bisa terdiri lebih dari 100 gerbong. Tahun 1960, David Collins menciptakan cara untuk mencatat nomor gerbong yang lewat dengan menggunakan serangkaian kode yang dituliskan dengan cat pada dinding gerbong kereta api. Sebuah alat yang dilengkapi dengan lampu sorot, akan membaca kode-kode itu sambil kereta api lewat dimukanya dengan kecepatan 100 km lebih per jam. David kemudian keluar dari perusahaan kereta api dan memusatkan perhatian pada usaha membuat alat yang lebih kecil untuk mencatat arus barang yang lewat pada suatu tempat. Hasilnya adalah universal price code tadi, yang telah membuat revolusi dalam bidang industri.

XS
SM
MD
LG