Tautan-tautan Akses

Buku kontroversial: The Wind Done Gone (Alice Randall) - 2001-06-06


Kisahnya bermula dari salah satu buku paling terkenal dalam khazanah sastra Amerika, yaitu buku "Gone With the Wind", karangan Margaret Mitchell, yang terbit dalam tahun 1936.

"Gone With the Wind", kalau tidak salah, pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Berlalu Tak Berkesan. Kisahnya berlatar-belakang kehidupan masyarakat Amerika pada masa Perang Saudara dalam abad ke-19, ketika praktek perbudakan masih dijalankan, khususnya di bagian selatan Amerika. Kisah ini pernah difilmkan dengan judul sama, dan dimainkan oleh bintang film terkenal Clark Gable dan Vivien Leigh.

Tapi sekarang, sebuah buku baru yang kontroversial, yang berjudul "The Wind Done Gone", tulisan pengarang perempuan berkulit hitam Alice Randall, agaknya akan segera terbit.

Hakim pengadilan banding di kota Atlanta minggu ini membatalkan keputusan pengadilan distrik yang melarang penerbitan buku itu atas tuduhan "pembajakan besar-besaran." Kata pengadilan banding, larangan penerbitan buku "The Wind Done Gone" melanggar Amandemen Pertama UUD Amerika, tentang hak kebebasan menyatakan pendapat.

Kalau dalam kisah karangan Margaret Mitchell yang asli peran utamanya adalah Scarlett O'Hara, seorang perempuan kulit putih; tokoh utama dalam buku "The Wind Done Gone" adalah saudara tiri Scarlett O'Hara, seorang perempuan berdarah campuran hitam-putih.

Kisah atau setting dalam buku baru itu kurang lebih mirip dengan buku "Gone With The Wind", tapi dilihat dari kacamata orang kulit hitam yang pada waktu itu masih berstatus budak. Aspek hukum yang mendapat sorotan dalam kasus ini adalah boleh atau tidaknya seorang pengarang atau penulis meminjam idee milik orang lain untuk dijadikan bahan parody atau bahan kecaman. Soalnya menjadi lebih rumit lagi karena buku baru itu agaknya punya muatan politik, yaitu hubungan ras di Amerika.

Pemegang hak cipta buku "Gone With The Wind", yang diwakili oleh pengacara Martin Garbus mengatakan akan naik banding atas keputusan pengadilan itu, kalau perlu sampai ke Mahkamah Agung. Tapi soalnya, Mahkamah Agung Amerika tidak punya banyak pengalaman dalam kasus-kasus yang menyangkut parody, atau banyolan yang dibuat berdasarkan karya orang lain.

Sebuah kelompok musik yang bernama 2Live Crew tadinya dituduh menjiplak lagu terkenal berjudul "Pretty Woman" karya Roy Orbison. Tapi Mahkamah Agung kemudian memutuskan, lagu versi 2Live Crew itu tidak melanggar peraturan Hak Cipta.

Kata para pengacara pengarang "The Wind Done Gone", dan perusahaan Houghton Mifflin yang akan menerbitkan buku itu, setting yang ditiru dari buku karya Margaret Mitchell perlu untuk menanggapi perlakuan rasialis atas warga kulit hitam Amerika seperti yang digambarkan dalam buku itu. Sejumlah pengarang terkenal, dan bahkan beberapa perusahaan besar telah memberikan dukungan bagi karya baru tadi.

Kata Martin Garbus, pengacara pemilik hak cipta karangan Margaret Mitchell, issue yang menyangkut ras itu, ditambah kenyataan bahwa penulis buku yang kontroversial tadi adalah warga kulit hitam, telah mengaburkan masalah yang sebenarnya, yaitu yang menyangkut pelanggaran hak cipta.

Tapi pengacara Joseph Beck, yang mewakili penerbit Houghton Mifflin mengatakan, kalaupun ada issue rasialis dalam hal ini, itu adalah rasialisme yang terdapat dalam buku "Gone With The Wind" karangan tahun 1936 tadi.

Houghton Mifflin semula hanya akan menerbitkan 25,000 kopi buku "The Wind Done Gone", tapi berkat semua kehebohan yang ditimbulkannya, sekarang perusahaan itu akan segera mencetak lebih banyak lagi buku yang kontroversial tadi.

XS
SM
MD
LG