Partai Demokrat Liberal, LDP, yang memerintah di Jepang telah memilih mantan sekretaris Kabinet Yasuo Fukuda untuk memimpin partai itu menggantikan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang segera melepaskan jabatan.
Partai itu mengumumkan, Fukuda meraih 330 suara dalam pemilihan hari ini. Saingan satu-satunya, mantan menteri luar negeri Taro Aso, memperoleh 197 suara. Fukuda mengatakan dia ingin membangkitkan kembali partai yang memerintah itu dan memenangkan kembali kepercayaan publik.
Tomohito Shinoda adalah ahli ilmu politik di Universitas Internasional Jepang. Menurutnya, Fukuda belum berpengalaman seperti beberapa veteran LDP, tetapi pengalamannya sebagai sekretaris kabinet telah melatihnya untuk memimpin bangsa. Shinoda berkata, Fukuda sadar akan tantangan dan kesulitan yang dihadapi Jepang dalam masalah-masalah dalam dan luar negeri. Itulah kekuatannya.
Partai LDP kehilangan kontrol atas majelis tinggi parlemen dalam pemilu nasional belum lama ini yang mencerminkan kekecewaan publik pada Perdana Menteri Shinzo Abe dan skandal korupsi pemerintahnya. Pemimpin baru Partai LDP itu dipastikan akan menjadi perdana menteri Jepang berikutnya, karena partai itu memiliki kursi mayoritas di majelis rendah parlemen yang memiliki wewenang kuat. Parlemen akan memilih resmi perdana menteri baru hari Selasa.
Yasuo Fukuda, ketua baru partai pemerintah Jepang dan perdana menteri berikut negara itu, tidaklah asing di arena politik Jepang. Tokoh berusia 71 tahun itu pertama tampil di pemerintahan akhir tahun 70-an sebagai sekretaris politik ayahnya, mantan Perdana Menteri Takeo Fukuda. Yasuo Fukuda menjabat sebagai sekretaris kepala kabinet dari tahun 2000 sampai 2004, dengan mendapat reputasi sebagai pembangun jembatan antara birokrasi pemerintah. Dia mengatakan akan terus membangun jembatan sebagai perdana menteri – kali ini dengan tetangga-tetangga Jepang, Cina dan Korea Selatan.
Hubungan Jepang dengan kedua negara itu memburuk di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Junichiro Koizumi. Kunjungan tahunan Koizumi ke kuil perang Yasukuni yang kontroversial telah menyebabkan kemarahan Cina dan Korea Selatan, yang mengatakan kuil itu mengagungkan kejayaan Jepang di masa perang. Yasuo Fukuda mengatakan, sebagai perdana menteri dia tidak akan mengunjungi Yasukuni.
