Tautan-tautan Akses

Musim Kering dan Perang di Ukraina Picu Lonjakan Pengungsi


Sejumlah migran tampak beristirahat area penerimaan migran San Vicente di Meteti, Provinsi Darien, Panama, pada 11 Februari 2021. (Foto: AFP/Rogelio Figueroa)
Sejumlah migran tampak beristirahat area penerimaan migran San Vicente di Meteti, Provinsi Darien, Panama, pada 11 Februari 2021. (Foto: AFP/Rogelio Figueroa)

Badan PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) pada Senin (20/6) menjadi tuan rumah konferensi di Roma yang digelar untuk memusatkan perhatian pada perubahan iklim dan perang di Ukraina, yang dinilai sebagai beberapa faktor yang mendorong peningkatan tajam perpindahan orang di seluruh dunia.

Juru bicara UNHCR Carlotta Sami mengatakan sebanyak 100 juta orang saat ini mengungsi sebagai bagian dari krisis pengungsi yang telah menimbulkan dampak pada setiap benua.

Kekeringan akibat perubahan iklim dan invasi Rusia ke Ukraina telah berdampak pada ketersediaan biji-bijian dan harga bahan bakar, yang telah mengancam ketahanan pangan di seluruh belahan dunia.

Konferensi di Roma ini dilangsungkan bersamaan dengan peringatan Hari Pengungsi Sedunia yang jatuh pada 20 Juni. UNHCR menekankan pada pentingnya menciptakan jalur yang aman dan kebijakan yang terintegrasi bagi para migran.

Di antara delegasi yang hadir terdapat beberapa pengungsi yang menceritakan kisah mereka sendiri.

Abdullahi Ahmed, yang pada tahun 2021 lalu terpilih sebagai anggota dewan di Kota Turin, di Italia utara, menyampaikan tentang pengembaraannya selama tujuh bulan melintasi Afrika pada usia 19 tahun, dari rumahnya di Mogadishu, melintasi Sudan, Ethiopia, Libya, Laut Tengah hingga ke Pulau Lampedusa, Italia.

Ketika Ahmed tiba, ia hanya memiliki pakaian yang melekat di tubuhnya dan mimpi untuk membantu keluarganya di tanah air. Ahmed adalah anak tertua dari tujuh bersaudara, dan selama tinggal di Italia, ia telah mendukung saudara-saudara kandungnya untuk meraih gelar sarjana di bidang medis di Turki, dan mengirim uang kepada keluarganya di Mogadishu. Pada tahun 2020 Ahmed menerbitkan buku tentang pengalamannya yang berjudul “Looking Ahead.”

Seorang pengungsi lain yang ikut berbagi cerita adalah Yasmien Abdul Azeem, yang berusia 33 tahun. Ia melarikan diri dari perang saudara di Suriah dan tinggal di Lebanon. Ia termasuk salah seorang pengungsi pertama yang dipilih untuk ikut serta dalam koridor kemanusiaan ke Italia tahun 2016. Sejak saat itu ia bekerja sebagai mediator budaya dan mendirikan bisnis katering yang menyajikan makanan Suriah. [em/lt]

XS
SM
MD
LG