Tautan-tautan Akses

Kematian akibat COVID di AS Tembus 865 Ribu, CDC Kembali Dorong Vaksinasi


Seorang perawat merawat bayi berusia 3 bulan yang kesulitan bernafas akibat terkena COVID-19 di rumah sakit anak di Augusta, Georgia (15/1).
Seorang perawat merawat bayi berusia 3 bulan yang kesulitan bernafas akibat terkena COVID-19 di rumah sakit anak di Augusta, Georgia (15/1).

Kasus kematian di Amerika karena COVID-19 akhir pekan lalu menembus angka 865.000. Sementara jumlah orang yang tertular melebihi 70,4 juta orang. CDC kembali mengingatkan pentingnya vaksinasi dengan memaparkan tiga penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa vaksin bekerja sangat baik terutama pada mereka yang telah mendapat suntikan penguat atau booster.

Center for Systems Science and Engineering CSSE di Universitas John Hopkins mengatakan total kasus COVID-19 yang berhasil dikonfirmasi di Amerika hingga akhir pekan lalu mencapai 70.464.222 kasus. Sementara jumlah kematian mencapai 865.310 orang. Hal ini membuat Amerika masih menjadi negara dengan jumlah kasus dan tingkat kematin tertinggi di dunia, di mana lebih dari satu dari lima orang Amerika terjangkit virus mematikan ini.

CSSE melaporkan 531.141.618 dosis vaksinasi telah didistribusikan di seluruh Amerika tanpa terkecuali. Namun CSSE tidak merinci berapa jumlah warga yang sudah divaksinasi penuh, dan mendapatkan suntikan penguat atau booster.

Amerika mengalami lonjakan kasus COVID-19 sejak pertengahan Desember lalu karena varian omicron yang sangat mudah menular.

Menurut laporan American Broacasting Company ABC Jumat lalu (21/1), pada bulan Desember lalu saja ada 18,2 juta kasus baru COVID-19, atau berarti lebih dari seperempat total kasus di seluruh Amerika sejak pandemi merebak Maret 2020.

Hanya dalam waktu 12 hari – tepatnya dari tanggal 9 hingga 21 Januari – Amerika menambah lebih dari 10 juta kasus baru.

Perebakan cepat varian omicron baru-baru ini membuat kasus harian baru di Amerika juga menembus rekor baru.

The Washington State Hospital Association WSHA Sabtu lalu (22/1) mengeluarkan seruan darurat pada publik untuk mengambil tindakan dengan melakukan vaksinasi dan mengenakan masker untuk membantu mengurangi tekanan terhadap sistem kesehatan yang sudah mendapat beban luar biasa karena pandemi ini.

CDC: Tiga Penelitian Buktikan Vaksin Efektif Lawan Omicron

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit CDC Jumat lalu (21/1) mengatakan mereka memiliki bukti bahwa vaksin COVID-19 dapat melawan varian omicron. Mengutip tiga penelitian, CDC mengatakan vaksin tampak bekerja sangat baik terutama pada mereka yang telah mendapat suntikan penguat atau booster. Penelitian-penelitian di Amerika ini adalah yang pertama yang mengkaji keefektifan vaksin terhadap varian omicron.

Satu penelitian mengklaim temuan bahwa vaksin efektif dalam menurunkan jumlah pasien rawat inap dan kunjungan ke pusat layanan darurat setelah tiga dosis Pfizer atau Moderna.

Seorang petugas medis menyiapkan vaksin COVID-19 produksi Pfizer di Chicago (foto: dok).
Seorang petugas medis menyiapkan vaksin COVID-19 produksi Pfizer di Chicago (foto: dok).

Penelitian itu mengatakan tiga vaksinasi 90% efektif mencegah rawat inap ketika varian delta dan omicron merajalela. Ditambahkan, vaksinasi juga membuat kunjungan ke pusat layanan darurat turun dari 94% ketika delta merebak, menjadi 82% ketika gelombang omicron tiba.

Penelitian lain memfokuskan pada angka kematian, dan mendapati bahwa mereka yang telah menerima suntikan penguat memiliki perlindungan terbaik terhadap varian delta dan omicron.

Penelitian ketiga mengkaji mereka yang telah divaksinasi dan kemudian terjangkit COVID-19. Penelitian ini mengklaim tiga vaksinasi Pfizer atau Moderna 67% efektif melawan kasus omicron tanpa gejala atau asimtomatik, dibandingkan orang-orang yang tidak divaksinasi.

Dua penelitian mendapati seiring perjalanan waktu, perlindungan yang diberikan vaksin menurun dengan tingkat yang beragam.

“Jika Anda memenuhi syarat untuk booster dan belum mendapatkannya, Anda tidak up-to-date dan perlu mendapatkan booster,” ujar Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky dalam penjelasan di Gedung Putih hari Jumat (21/1).

Ketika memberi penjelasan itu Walensky mengatakan jumlah rata-rata kasus omicron turun 5% secara nasional, namun sebagian besar daerah justru mulai melonjak. Ia menunjukkan adanya sekitar 744.600 kasus per hari rata-rata dalam tujuh hari.

WSHA: Seluruh RS Kini Penuh

Presiden dan CEO WSHA Cassie Sauer, dalam pernyataan tertulis, menyatakan unit perawatan akut dan perawatan intensif di rumah sakit di seluruh negara bagian Amerika kini penuh.

Seiring melonjaknya rawat inap akibat COVID-19 ini, negara-negara bagian di seluruh Amerika telah meminta dukungan pemerintah federal untuk mengurangi tekanan pada fasilitas kesehatan.

Uji COVID-19 Gratis Mulai Dikirim ke Rumah-Rumah

Dalam perkembangan lainnya Gedung Putih mengatakan uji COVID-19 gratis yang dapat dilakukan di rumah telah mulai dikirimkan pada warga Amerika lewat jasa Layanan Pos Amerika USPS. Kepala Satgas Penanganan COVID-19 Gedung Putih Jeff Zients mengatakan pengiriman itu dimulai Kamis lalu (20/1).

Orang Amerika diizinkan memesan empat tes COVID-19 per keluarga.

Pemerintahan Biden telah menghadapi kritik tajam karena kurangnya alat uji COVID-19 selama terjadinya lonjakan omicron. [em/jm]

XS
SM
MD
LG