Tautan-tautan Akses

WHO Serukan Tingkat Vaksinasi Tiap Negara Setidaknya 70 Persen


Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Kamis (6/1) meminta komunitas global untuk memastikan agar semua negara setidaknya memvaksinasi 70% populasinya pada Juli tahun ini, dengan mengatakan pandemi tidak akan berakhir sampai itu terjadi.

Selama pengarahan COVID-19 di kantor pusat badan itu di Jenewa, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga meminta negara-negara kaya untuk memastikan perawatan terobosan, dan tes COVID-19 yang andal, tersedia di semua negara.

Tedros mengatakan meskipun situasi membaik pada akhir 2021, ketidaksetaraan vaksin dan kesehatan secara keseluruhan merupakan kegagalan terbesar tahun ini. Ia mengatakan sementara beberapa negara memiliki cukup peralatan pelindung, tes dan vaksin untuk bertahan melalui pandemi, “banyak negara tidak cukup memilikinya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau target sederhana.”

Pimpinan WHO itu setidaknya sebagian menyalahkan, ketidaksetaraan vaksin menciptakan "kondisi sempurna munculnya varian virus," seperti delta dan omicron, yang, secara global, menyebabkan 9,5 juta kasus baru minggu lalu, jumlah tertinggi yang dilaporkan sejauh ini di masa pandemi.

Tedros mengatakan virus penyebab COVID-19 akan terus berkembang dan mengancam sistem kesehatan dunia jika respons secara kolektif tidak membaik.

Sementara itu, pemerintah Austria Kamis mengumumkan langkah-langkah baru, termasuk wajib menggunakan masker di luar ruangan untuk memperlambat penyebaran COVID-19 yang didorong oleh varian omicron di negara itu.

Kanselir Austria Karl Nehammer dalam jumpa pers mengatakan pemerintah juga akan lebih ketat memantau langkah-langkah yang sudah ada, seperti melarang mereka yang tidak divaksinasi dari toko dan tempat budaya, mulai minggu depan. Ia juga mengatakan perusahaan yang tidak mematuhi pembatasan pemerintah bisa ditutup.

Austria menurunkan tingkat infeksi COVID-19 dengan melakukan penutupan wilayah selama beberapa minggu pada akhir tahun lalu, tetapi angka-angka itu telah merayap kembali dalam beberapa hari terakhir.

Awal pekan ini, para pejabat WHO mengatakan varian baru virus corona yang baru-baru ini terdeteksi di Prancis tidak perlu dikhawatirkan saat ini.

Para ilmuwan di Yayasan Infeksi Mediterranee IHU di kota Marseille mengatakan mereka pada bulan Desember menemukan varian baru B.1.640.2 pada 12 pasien yang tinggal di dekat Marseille, dengan pasien pertama yang dites positif setelah bepergian ke negara Afrika tengah, Kamerun.

Para peneliti mengatakan mereka telah mengidentifikasi 46 mutasi pada varian baru, yang mereka beri label "IHU" sesuai nama lembaga itu. Varian IHU bisa lebih tahan terhadap vaksin dan lebih menular daripada virus asli corona. Tim Prancis mengungkapkan temuan studi itu dalam media ilmu kesehatan online medRxiv, yang menerbitkan studi yang belum ditinjau sejawat atau diterbitkan dalam jurnal akademik.

Manajer insiden COVID-19 WHO Abdi Mahmud kepada wartawan di Jenewa awal pekan ini mengatakan meskipun varian IHU "ada disekitar" namun tetap terbatas di Marseille dan belum diberi label "varian yang menjadi perhatian" oleh badan kesehatan AS. [my/jm]

XS
SM
MD
LG