Tautan-tautan Akses

Jumlah Kasus Penculikan di Haiti Melonjak Tajam


Polisi tampak membereskan susunan batu yang digunakan untuk memblokade jalan seusai protes yang dilakukan para warga di Port-au-Prince yang menyuarakan lemahnya sistem keamanan di Haiti pada 18 Oktober 2021. (Foto: AP/Joseph Odelyn)
Polisi tampak membereskan susunan batu yang digunakan untuk memblokade jalan seusai protes yang dilakukan para warga di Port-au-Prince yang menyuarakan lemahnya sistem keamanan di Haiti pada 18 Oktober 2021. (Foto: AP/Joseph Odelyn)

Sedikitnya 119 orang diculik oleh kelompok-kelompok kriminal di Haiti pada paruh pertama Oktober tahun ini, demikian pernyataan sebuah LSM di Haiti pada Rabu (20/10). Jumlah tersebut menandai lonjakan kasus penculikan yang signifikan di negara itu. Tujuh belas warga Amerika Serikat termasuk diantara mereka yang diculik pada akhir pekan lalu.

Peningkatan jumlah kasus penculikan itu menimbulkan kekhawatiran bagi Pusat Analisa dan Kajian Hak Asasi Manusia (CARDH) yang berkantor di Port-au-Prince, yang sudah mencatat sebanyak 117 kasus penculikan selama bulan September lalu saja.

“Sembilan puluh persen penculikan dilakukan di wilayah (sekitar) ibu kota, 70 persen di kota Port-au-Prince sendiri. Tetapi pada kuartal ketiga tahun ini kami melihat peningkatan kasus di (wilayah) Croix-des-Bouquets,” ujar Direktur CARDH Gedeon Jean pada kantor berita Perancis AFP.

Sejak musim panas lalu Croix-des-Bouquets, yang terletak di pinggiran timur Port-au-Prince dan berpenduduk lebih dari 300.000 orang, telah sepenuhnya dikendalikan oleh kelompok kriminal yang dikenal sebagai “400 mawozo.” Kelompok ini pula yang menculik 17 warga negara AS pada Sabtu (16/10) lalu.

Tujuh belas korban ini merupakan bagian dari kelompok misionaris dan anggota keluarga mereka, yang sedang mengunjungi sebuah panti asuhan di jantung daerah yang dikuasai oleh komplotan tersebut.

Orang-orang turun ke jalan di wilayah ibu kota Haiti, Port-au-Prince, menuntut geng kriminal untuk membebaskan kelompok misionaris asal AS yang diculik pada 16 Oktober 2021. (Foto: AP/Joseph Odelyn)
Orang-orang turun ke jalan di wilayah ibu kota Haiti, Port-au-Prince, menuntut geng kriminal untuk membebaskan kelompok misionaris asal AS yang diculik pada 16 Oktober 2021. (Foto: AP/Joseph Odelyn)

Christian Aid Ministries yang berkantor di Ohio, tempat para misionaris itu berasal, mengatakan korban penculikan itu mencakup “lima laki-laki, lima perempuan dan lima anak-anak.”

Beberapa sumber keamanan mengatakan pada AFP bahwa para penculik menuntut uang tebusan bernilai 17 juta dolar untuk pembebasan mereka.

Melonjaknya jumlah kasus penculikan itu memicu keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya dominasi kelompok-kelompok kriminal; sesuatu yang tidak mungkin diatasi oleh badan-badan penegak hukum Haiti.

“Warga tidak percaya pada Kepolisian Nasional Haiti dan ini menimbulkan masalah karena kekuatan polisi tidak akan berjalan efesien jika penduduk enggan bekerjasama,” ujar Jean.

Ketidakpercayaan warga terhadap polisi ini dipicu oleh keterlibatan polisi dalam kegiatan kriminal.

“Menurut data statistik kami, setidaknya ada dua jenis polisi di setiap kelompok bersenjata yang besar, yaitu polisi yang aktif di dalam kelompok tersebut dan polisi yang memberikan perlindungan, mengijinkan kelompok itu beroperasi atau berbagi informasi dengan mereka,” ujar Jean.

Menurut CARDH, sejak bulan Januari lalu sedikitnya 782 orang di Haiti telah diculik untuk tebusan. Sementara pada tahun 2020 lalu jumlah penculikan mencapai 796 orang.” [em/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG