Tautan-tautan Akses

Selamatkan Lingkungan dengan Bijak Konsumsi dan Kelola Sampah


Seorang pekerja membawa kantong sampah medis di Jakarta. (dok: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)
Seorang pekerja membawa kantong sampah medis di Jakarta. (dok: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Persoalan sampah masih menjadi masalah besar yang harus diatasi, untuk mencegah kerusakan lingkungan yang semakin luas. Perilaku bijak dalam mengkonsumsi suatu produk, serta upaya mengelola sampah yang dihasilkan, menjadi langkah penting dalam mengendalikan kerusakan lingkungan akibat sampah.

Kerusakan lingkungan tidak dapat dilepaskan dari aktivitas manusia yang tinggal di dalamnya, baik melalui eksploitasi alam hingga sampah serta limbah yang ditimbulkannya. Kerusakan lingkungan, seperti di hutan Mangrove yang terletak di muara Gembong, Kabupaten Bekasi, disebabkan aktivitas masyarakat yang mengambil sumber daya alam tanpa memperhatikan pelestarian. Selain itu, sampah yang dihasilkan masyarakat turut menyumbang kerusakan lingkungan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Bekasi, Entah Ismanto, mengatakan dari sekitar 7.000 hektare hutan mangrove di Kabupaten Bekasi, hanya lima persen yang masih dalam kondisi baik. Sementara, pengelolaan sampah yang masih menggunakan sistem open dumping, hanya mampu mengelola 26 persen sampah hingga ke tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal, kata Entah Ismanto, produksi sampah oleh masyarakat di Kabupaten Bekasi mencapai 2.700 ton per hari.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Bekasi, Entah Ismanto (VOA).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Bekasi, Entah Ismanto (VOA).

“Bekasi ini punya TPA sekitar 10 hektare, sekarang ini sistemnya juga masih sistem open dumping, di mana timbunan sampah yang ada di Bekasi, per hari ini 2.700 ton lebih, sedangkan kemampuan daerah, kita hitung-hitung hanya mampu 26 persen sampah yang dikelola sampai kepada TPA. Di mana TPA dengan sistem open dumping berbahaya sekali ke depannya,” jelasnya.

Perilaku masyarakat juga mempengaruhi kondisi lingkungan yang terkait dengan sampah. Sugianto Tandio, dari Greenhope, mengatakan konsumsi plastik sekali pakai meningkat selama pandemi dan pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), karena tidak diperbolehkannya masyarakat membeli dan makan di gerai atau rumah makan.

Sugianto Tandio, dari Greenhope, pencipta teknologi plastik ramah lingkungan ecoplast berbahan dasar singkong (VOA).
Sugianto Tandio, dari Greenhope, pencipta teknologi plastik ramah lingkungan ecoplast berbahan dasar singkong (VOA).

Sugianto Tandio yang menciptakan teknologi plastik ramah lingkungan ecoplast berbahan dasar singkong, berharap masyarakat mulai memikirkan penggunaan kemasan yang lebih ramah lingkungan.

“Dengan adanya pandemi COVID-19 ini, malah membuat konsumsi plastik naik. Jadi semua yang pakai ulang cenderung bisa menularkan penyakit, menularkan virus. Jadi sekarang malah semuanya, kita dengan pandemi, order makanan naik tajam, semua dengan plastik sekali pakai,” lanjut Sugianto Tandio.

Aktivis Komunitas Nol Sampah Surabaya, Hanie Ismail, mengatakan sampah yang dibuang masyarakat banyak ditemukan bermuara ke laut, dan sebagian tersangkut di akar-akar mangrove yang dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh kehidupan mangrove. Hanie mengajak masyarakat mulai mengubah perilaku, agar sampah plastik tidak merusak lingkungan khususnya ekosistem mangrove yang menjadi tempat hidup berbagai spesies.

Kawasan hutan mangrove di Pantai Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. (Courtesy : Eva Mazrieva/VOA)
Kawasan hutan mangrove di Pantai Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. (Courtesy : Eva Mazrieva/VOA)

“Kita sudah harus mulai untuk mengubah prinsip kita. Kita harus meletakkan sampah itu sesuai dengan tempatnya. Karena sampah plastik yang kita pakai sekali saja, efeknya 100 sampai 500 tahun, karena itu baru bisa terurai. Kalau misalkan itu kita buang sekali saja ke situ (sungai), berarti kita berdosa terhadap lingkungan terutama mangrove. Misalkan kita tidak selalu menjaganya (mangrove), ya sampah plastik itu selalu akan melilit mereka (mangrove) dan akan mati,” jelasnya.

Upaya Selamatkan Lingkungan dengan Bijak Konsumsi dan Kelola Sampah
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:08 0:00

Peneliti bidang persampahan, dan Ketua Dewan Pembina Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Sri Bebassari, mengatakan penanganan sampah dapat dialawi dari pembiasaan membuang sampah dengan benar di tempat yang disediakan. Selanjutnya, sampah harus mulai dipilah dari rumah masing-masing, agar pengelolaannya dapat lebih mudah saat dibawa ke tempat pembuangan akhir.

Peneliti bidang persampahan, dan Ketua Dewan Pembina Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Sri Bebassari (VOA).
Peneliti bidang persampahan, dan Ketua Dewan Pembina Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Sri Bebassari (VOA).

Sri Bebassari mengatakan, penanganan sampah khususnya plastik kemasan, juga harus menjadi tanggung jawab produsen melalui program after consumer. Menurut Sri Bebassari, produsen harus memberikan pendidikan mengenai cara pakai suatu produk, serta bagaimana kemasan produk yang sudah tidak dipakai harus dibuang agar tidak mencemari lingkungan.

“Plastik juga demikian, tidak pernah kita diajari cara buang dan cara pakai. Jadi bukan plastiknya yang salah, tetapi cara pakai dan cara buang, nah ini tanggung jawab siapa yang mendidik ini, harusnya kan yang jual. Jangan menjual tapi tidak mendidik,” jelas Sri Bebassari. [pr/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG