Tautan-tautan Akses

Amnesty: Ratusan Wanita, Gadis Diperkosa di Tigray Ethiopia


Perempuan dan anak-anak di sebuah kamp pengungsi Ethiopia dari kelompok etnis Qemant di desa Basinga, distrik Basunda, wilayah Gedaref timur Sudan, 10 Agustus 2021. (Foto: ASHRAF SHAZLY / AFP)
Perempuan dan anak-anak di sebuah kamp pengungsi Ethiopia dari kelompok etnis Qemant di desa Basinga, distrik Basunda, wilayah Gedaref timur Sudan, 10 Agustus 2021. (Foto: ASHRAF SHAZLY / AFP)

Amnesty International mengatakan minggu ini bahwa pasukan pemerintah Ethiopia, kelompok milisi wilayah Amhara dan pasukan Eritrea telah secara sistematis memperkosa dan melecehkan ratusan perempuan dan anak perempuan dalam konflik di wilayah Tigray di Ethiopia utara.

Sebagai bagian dari laporan itu, Amnesty berbicara dengan 63 penyintas pemerkosaan dan kekerasan seksual dari Tigray, selain profesional kesehatan yang membantu para penyintas. Di antara yang selamat, 38 mengatakan pemerkosaan itu dilakukan oleh tentara Eritrea.“Para korban ditahan selama lebih dari 24 jam, dan dalam beberapa kasus selama berminggu-minggu, ketika mereka diperkosa oleh tentara,” kata Fisseha Tekle, peneliti Amnesty International untuk kawasan Tanduk Afrika yang berbicara kepada Associated Press. Baik Ethiopia maupun Eritrea mengecam laporan itu.

Pengungsi Ethiopia dari kelompok etnis Qemant duduk di tempat penampungan sementara di desa Basinga, distrik Basunda, wilayah Gedaref timur Sudan, 10 Agustus 2021. (Foto: ASHRAF SHAZLY / AFP)
Pengungsi Ethiopia dari kelompok etnis Qemant duduk di tempat penampungan sementara di desa Basinga, distrik Basunda, wilayah Gedaref timur Sudan, 10 Agustus 2021. (Foto: ASHRAF SHAZLY / AFP)

Kementerian luar negeri Ethiopia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa pemerintah “mengutuk kekerasan seksual dalam semua keadaan dan termasuk dalam situasi konflik dan memiliki kebijakan tanpa toleransi.” Kementerian itu mengatakan bahwa Ethiopia sebelumnya telah mengakui adanya kasus kekerasan seksual oleh beberapa anggota angkatan bersenjatanya dan telah “mengambil langkah-langkah untuk memastikan pertanggungjawaban.”

Ethiopia lebih lanjut mengkritik laporan Amnesty International itu sebagai hasil penelitian “berdasarkan metodologi yang cacat,” dengan mengatakan kelompok itu membuat “kesimpulan yang hampir tidak dapat didukung oleh ‘investigasi’ yang terbatas dan dilakukan dari jarak jauh.” (lt/ab)

XS
SM
MD
LG