Tautan-tautan Akses

Perempuan dan Anak-anak Afganistan Hadapi Masa Depan Tak Menentu


Sejumlah perempuan dan anak-anak Afghanistan naik kendaraan bermotor saat pertemuan antara Taliban dan pasukan keamanan Afghan di Provinsi Herat, bagian barat Kabul, Afghanistan, 1 Agustus 2021. (Foto: Hamed Sarfarazi/AP)
Sejumlah perempuan dan anak-anak Afghanistan naik kendaraan bermotor saat pertemuan antara Taliban dan pasukan keamanan Afghan di Provinsi Herat, bagian barat Kabul, Afghanistan, 1 Agustus 2021. (Foto: Hamed Sarfarazi/AP)

Penarikan militer Amerika Serikat (AS) dari Afganistan hampir selesai. Para pakar mengatakan, perempuan dan anak-anak Afghanistan menghadapi masa depan yang berbahaya.

Ketika pertempuran berkecamuk antara pasukan keamanan Afghanistan dan Taliban, banyak yang terperangkap dalam baku tembak dan terpaksa meninggalkan rumah mereka. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Lima keluarga di antaranya mendapat perlindungan di rumah kecil. Di antara mereka ada tiga janda dan banyak anak yatim piatu yang tidak punya tempat untuk berteduh dan sekolah tidak lagi menjadi pilihan.

Guldasta, seorang janda yang melarikan diri, mengatakan bahwa suami dan tiga putranya tewas dalam pertempuran. Ia mengatakan kepada VOA, cucu-cucunya sekarang memberi nafkah keluarganya sebagai pemulung di Kabul.

“Lihat anak-anak kecil ini. Mereka mengumpulkan kertas dan plastik dari sampah. Apakah ini pekerjaan untuk anak kecil? Apa yang Ashraf Ghani ((Presiden Afghanistan)) lakukan untuk kita? Apa yang dilakukan ((Mantan Presiden Afghanistan Hamid)) Karzai? Apa yang dilakukan Taliban untuk kita?" keluh Guldasta.

"Kami sudah berada di sini selama berbulan-bulan. Tidak ada makanan. Tidak ada daging. Tidak ada pakaian atau sepatu yang pantas. Mereka masih berusaha mendapat obat," ujarnya.

Awal bulan ini, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memberi parlemen garis besar rencana baru untuk mencapai stabilitas dalam waktu enam bulan.

“Sangat mencemaskan melihat keberhasilan Taliban merebut lebih banyak wilayah hanya dalam beberapa minggu terakhir, sejak AS memulai penarikan pasukan. Sangat menyedihkan melihat komunitas internasional berdiam diri. Ada rasa malu karena tidak ada yang bisa kita lakukan," kata Heather Barr, penjabat Wakil Direktur Divisi Hak Perempuan di Badan Pengawas HAM.

Para pekerja HAM memiliki keprihatinan yang sama bahwa pendekatan lepas tangan oleh komunitas internasional membahayakan generasi perempuan dan anak-anak yang sebagian besar dijadikan perisai oleh Taliban. [ps/lt]

XS
SM
MD
LG