Tautan-tautan Akses

Jokowi Perkirakan Indonesia Bakal Resesi


Presiden Jokowi memperkirakan Indonesia akan masuk jurang resesi, dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Merdeka , Jakarta, Senin (2/11). (Biro Setpres)
Presiden Jokowi memperkirakan Indonesia akan masuk jurang resesi, dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Merdeka , Jakarta, Senin (2/11). (Biro Setpres)

Presiden Joko Widodo memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal-III akan kembali minus. Ini artinya, Indonesia bakal menyusul negara-negara lain yang sudah masuk ke jurang resesi.

Meski di ambang resesi, Jokowi mengatakan kontraksi perekonomian tanah air tidak separah negara-negara lain yang sudah mengalami resesi terlebih dahulu. Ia pun berharap bisa memperbaiki keadaan ini pada kuartal IV mendatang.

“Di kuartal III kita juga mungkin sehari-dua hari ini akan diumumkan oleh BPS juga masih berada di angka minus, perkiraan kita di angka minus tiga. naik sedikit. dan ini memang kalau dibandingkan dengan negara lain ya masih jauh lebih baik. Tapi ini patut kita berikan tekanan untuk yang kuartal IV. Jadi kuartal III minus tiga lebih sedikit dan itu adalah trennya membaik, trennya positif,” ungkap Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/11).

Jokowi menginstruksikan kepada seluruh jajarannya untuk menggenjot belanja pemerintah pada kuartal IV mendatang, namun dengan tetap hati-hati dan berharap akan berdampak positif kepada pertumbuhan ekonomi.

Menjelang 2021, selain belanja pemerintah, Jokowi juga menginstruksikan untuk terus menggelontorkan bantuan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan,agar tingkat konsumsi rumah tangga bisa membaik. Ia mendapatkan laporan bahwa konsumsi rumah tangga hingga saat ini masih minus empat persen.

Investasi Masih Minus, Jokowi Manfaatkan Fasilitas Perpanjangan GSP dari Amerika

Angka realisasi investasi juga masih tercatat di atas minus lima persen. Sebelumnya, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menginginkan paling tidak angka realisasi investasi di bawah minus lima persen. Namun target tersebut tidak tercapai karena dampak pandemi.

Dengan diperpanjangnya fasilitas GSP(Generalized System of Preferences) dari Amerika Serikat (AS) bagi Indonesia beberapa waktu lalu, Jokowi berharap bisa mendapatkan lebih banyak lagi investor dari negeri Paman Sam untuk mendongkrak investasi dan ekspor di tanah air.

GSP merupakan kebijakan AS untuk membantu perekonomian negara berkembang dengan memberi potongan bea masuk impor.

“Kemarin GSP untuk masuk ke Amerika sudah diberikan perpanjangan sehingga ini menjadi kesempatan karena kita adalah satu-satunya negara di Asia yang mendapatkan fasilitas ini dan kita harapkan ekspor kita akan bisa naik, melompat karena fasilitas GSP diberikan kepada kita," jelas Jokowi.

"Dan syukur-syukur ini juga dipakai sebagai kesempatan untuk menarik investasi karena kita ada fasilitas itu, karena orang ingin mendirikan industri pabrik perusahaan di Indonesia akan menjadi lebih menarik karena untuk masuk ke Amerika kita diberikan fasilitas dari Amerika,” imbuhnya.

Penanganan Pandemi dan Pemulihan Ekonomi Nasional Harus Imbang

Jokowi sadar bahwa pemulihan ekonomi nasional tanpa penanganan pandemi yang baik akan sia-sia. Maka dari itu, ia berharap seluruh jajarannya untuk bekerja keras dalam menangani krisis di kedua bidang tersebut.

“Kita harus tetap fokus untuk mengatur, menjaga keseimbangan. Titik keseimbangan antara penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi. ini yang saya kira sudah berpuluh-puluh kali saya sampaikan tapi perlu sekali lagi ini saya tekankan,” katanya.

Ia pun sejauh ini nampak puas dengan penanganan pandemi, karena tren jumlah kasus aktif terus menurun. Per (1/11) rata-rata kasus aktif COVID-19 di tanah air mencapai 13,78 persen, lebih rendah dari rata-rata kasus aktif global yakni 25,22 persen. Meski begitu, Jokowi ingin kasus aktif tersebut bisa lebih ditekan semaksimal mungkin.

Tingkat rata-rata kesembuhan pun terus mengalami perbaikan dan kini berada pada level 82,84 persen, sementara tingkat kesembuhan dunia mencapai 72 persen.

“Yang masih kita di atas rata-rata dunia adalah angka kematian atau kasus meninggal di Indonesia. itu kita masih di angka 3,38 persen. Rata-rata dunia berada di angka 2,5 persen. Ini yang patut untuk menjadi perhatian kita semuanya dan yang berkaitan dengan Covid saya ingin menekankan sekali lagi hati-hati harus menjadi perhatian kita,” pungkasnya. [gi/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG