Tautan-tautan Akses

Bahasa Mandarin Makin Populer di Indonesia


Para siswa mengikuti kelas bahasa Mandarin di Jakarta pada tanggal 31 Januari 2008. Kata-kata di latar belakang berbunyi, "Musim Panas, Musim Gugur dan Musim Dingin". (Foto: REUTERS/Dadang Tri)
Para siswa mengikuti kelas bahasa Mandarin di Jakarta pada tanggal 31 Januari 2008. Kata-kata di latar belakang berbunyi, "Musim Panas, Musim Gugur dan Musim Dingin". (Foto: REUTERS/Dadang Tri)

Bahasa Mandarin semakin populer di Indonesia. Banyak sekolah menawarkan bahasa tersebut sebagai salah satu mata pelajaran pilihan, dan semakin banyak perusahaan yang mensyaratkan karyawan mereka bisa berbahasa itu. China pun semakin gencar menawarkan beasiswa untuk belajar di negara asalnya.

Putrinda Damayanti adalah seorang penyelenggara kursus bahasa Mandarin yang berbasis di Jakarta. Lewat lembaga pendidikan informalnya yang disebut Mandarinforkids, ia mengaku telah mengajar sekitar 130 anak yang tersebar di dan luar Jakarta.

Mandarinforkids hanyalah satu dari ratusan lembaga pengajaran bahasa Mandarin -- formal dan informal -- yang tumbuh bagai jamur dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Seiring meningkatnya arus investasi China di tanah air dan semakin terbukanya sistem pendidikan Indonesia sejak masa pemerintahan mendiang Abdurrahman Wahid, minat untuk mempelajari bahasa Mandarin semakin bertambah.

Kini, semakin banyak perguruan tinggi yang memiliki jurusan sastra Mandarin. Banyak sekolah, termasuk pesantren, dari jenjang TK hingga SMA kini juga menawarkan bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran pilihan. Putri sendiri mengaku, banyak muridnya mempelajari bahasa Mandarin karena tuntutan sekolah.

Putrinda Damayanti sedang mengajar Bahasa Mandarin secara online. (Foto: Courtesy/Dokumentasi Pribadi)
Putrinda Damayanti sedang mengajar Bahasa Mandarin secara online. (Foto: Courtesy/Dokumentasi Pribadi)

“Kebanyakan sekolah saat ini, second language-nya, option-nya, adalah bahasa Mandarin. Jadi mau gak mau mereka harus belajar. Sekarang juga banyak orangtua yang mendorong anak-anaknya untuk belajar bahasa asing lain selain English," kata Putri.

Menurut Henoch Pradana, mantan wakil ketua Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Tionghoa cabang Jawa Timur, meningkatnya minat mempelajari bahasa Mandarin tidak lepas dari pengaruh China yang semakin mendunia. Apalagi dengan jumlah penduduk China yang kini diperkirakan 1,38 miliar dan banyak warga keturunan China yang tersebar di berbagai penjuru dunia, saat ini diperkirakan 25 persen penduduk dunia berbahasa Mandarin.

Henoch Pradana memperkenalkan bahasa Mandarin dalam sebuah pameran pendidikan. (Foto: Courtesy/Dokumentasi Pribadi)
Henoch Pradana memperkenalkan bahasa Mandarin dalam sebuah pameran pendidikan. (Foto: Courtesy/Dokumentasi Pribadi)

“Pada tahun-tahun terakhir, khususnya lima tahun terakhir, minat mempelajari bahasa Mandarin ini semakin meluas, tidak hanya di kalangan keturunan Tionghoa yang tertarik untuk belajar tapi juga dari suku Sunda, Jawa Bali dan lain-lain. Jadi kalau boleh saya bilang, dari Sabang sampai Merauke," katanya.

Henoch menjelaskan, saat ini banyak perusahaan menuntut para pekerja mereka berbahasa Mandarin. Tuntutan seperti itu tidak hanya karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan hasil investasi dengan China, tapi juga karena banyak perusahaa Indonesia menjalin kerjasama di berbagai sektor dengan perusahaan-perusahaan China.

Meningkatnya minat mempejari bahasa Mandarin juga sebetulnya tidak lepas dari gencarnya pemerintah Tiongkok menawarkan beasiswa untuk mempelajari bahasa Mandarin dan bahkan menuntut ilmu di jenjang yang lebih tinggi di China. Henoch sendiri mengakui, badan yang pernah dipimpinnya itu telah ikut membantu menyalurkan beasiswa ke ratusan pelajar di Indonesia.

Bahasa Mandarin Makin Populer di Indonesia
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:05:10 0:00

“Jadi memang banyak sekali diberikan beasiswa untuk ke sana. Tidak hanya belajar bahasanya, tapi juga berbagai bidang ilmu seperti bisnis, teknik dan lain-lain. Beasiswa itu cukup besar dan kuotanya sangat banyak. Itu sudah dilakukan sejak tahun 2010," katanya.

Nadya Kariza, penerima beasiswa pendidikan bahasa Mandarin di Capital Normal University, Beijing. (Foto: Courtesy/Dokumentasi Pribadi)
Nadya Kariza, penerima beasiswa pendidikan bahasa Mandarin di Capital Normal University, Beijing. (Foto: Courtesy/Dokumentasi Pribadi)

Henoch sendiri tidak bersedia mengungkapkan berapa besar jumlah beasiswa yang disediakan pemerintah China setiap tahunnya untuk Indonesia. Namun, seperti diakui Nadya Kariza, salah seorang penerima beasiswa pendidikan bahasa Mandarin di Capital Normal University, di Beijing, uang saku yang diberikan kepadanya selama mengikuti pendidikan bahkan bisa ditabung. Ia mengatakan, ia hanya perlu membayar tiket pesawat untuk penerbangan pulang pergi.

Terlepas dari semua itu, Nadia merasakan pentingnya mempelajari bahasa Mandarin di negara asal bahasa itu.

“Itukan bahasa asing. Bahasanya benar-benar beda dari bahasa Indonesia, mulai dari tulisan, cara bicaranya, ada tone-tone nya masing-masing. Kalau menurut aku, proses belajar akan lebif efektif kalau kita berada langsung di negara asal bahasa itu. Di sana, kita mau gak mau harus menggunakan bahasan Mandarin.” [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG