Tautan-tautan Akses

Kemenag: 8.805 Ponpes Diizinkan Memulai Proses Belajar Mengajar


Suasana belajar para santri di PP Al Mumtaz, Gunungkidul, Yogyakarta, sebelum pandemi corona. (Foto: VOA/Nurhadi)-ilustrasi.
Suasana belajar para santri di PP Al Mumtaz, Gunungkidul, Yogyakarta, sebelum pandemi corona. (Foto: VOA/Nurhadi)-ilustrasi.

Berbagai pondok pesantren siap menerima kembali para santri untuk belajar pada masa pandemi. Namun, sebagian besar pondok pesantren ternyata belum mampu memberlakukan protokol kesehatan yang ketat.

Setelah sempat terhenti karena perebakan virus corona, ribuan pondok pesantren kini telah diizinkan untuk memulai kembali proses belajar mengajar. Meskipun demikian, menurut Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Dr.H Wahyono, tak sedikit pondok pesantren yang masih diharuskan tutup karena tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk memberlakukan protokol kesehatan yang ketat.

“Per tanggal 20 Juli 2020 ini dari 28.000 pesantren, baru 8.085 pesantren yang betul-betul siap,” ungkap Wahyono dalam telekonferensi pers di Jakarta, Selasa (21/7).

Prof. DR. KH. Amal Fathullah Zarkasyi, MA., Rektor Universitas Darussalam Gontor, & Pembina satgas Covid19 Gontor (kanan atas), Dr. H. Waryono, M.Ag, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian Agama, (tengah bawah) dan moderator "Laporan dari Pesantren", 21 Juli 2020. (Foto: BNPB/Screenshot)
Prof. DR. KH. Amal Fathullah Zarkasyi, MA., Rektor Universitas Darussalam Gontor, & Pembina satgas Covid19 Gontor (kanan atas), Dr. H. Waryono, M.Ag, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian Agama, (tengah bawah) dan moderator "Laporan dari Pesantren", 21 Juli 2020. (Foto: BNPB/Screenshot)

Wahyono menjelaskan bahwa persiapan pondok pesantren dalam memenuhi sarana dan prasarana untuk protokol kesehatan tidak berlangsung mudah. Ia bersyukur pemerintah daerah setempat ikut membantu dengan menggelontorkan sejumlah dana.

“Pesantren cukup mendapat perhatian dari pemda. Pemda provinsi, kabupaten, karena kalau tidak pembiayaan untuk rapid test, swab test dan segala macam ini hampir tidak mungkin ditanggung oleh semua pesantren. Kami berterima kasih kepada para gubernur, bupati, wali kota yang sejak awal bahkan ada yang pemulangan kemudian kembali itu, dan juga pemeriksaan rapid test mendapatkan pembiayaan dari pemda. Kemenag, secara anggaran juga tidak mungkin membiayai semua itu,” paparnya.

Kemenag: 8.805 Ponpes Diizinkan Memulai Proses Belajar Mengajar
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:36 0:00

Ponpes Gontor: 50 Santri Ponpes Gontor Sempat Positif Covid-19, 40 Sembuh

Rektor Universitas Darussalam Gontor dan Pembina Satgas Covid-19 Prof.Dr.KH. Amal Fatullah Zarkasyi, mengatakan sulit untuk mencegah perebakan virus corona di sekolah yang berasrama. Paling tidak ini tercermin dengan apa yang terjadi di Gontor, di mana 50 santrinya sempat terpapar Covid-19.

“Secara umum santri jumlah yang positif itu 50. Yang 40 dinyatakan sembuh dan sudah kembali ke Pondok,” ungkap Amal.

Meski sudah dinyatakan sembuh, ke-40 santri yang kembali ke pondok pesantren Gontor ini tetap dikarantina 14 hari untuk alasan keamanan. Ia menjelaskan, kasus Covid-19 terdeteksi pertama kali di Ponpes Gontor pada 2 Juli 2020. Pada saat itu, satu santri asal Sidoarjo dinyatakan positif terpapar virus corona.

"Kasus kedua, diadakan rapid test bagi 150 santri baru yang akan pergi ke Kendari. Hasilnya, 11 anak reaktif dan langsung diisolasi. Kemudian ditindaklanjuti dengan swab," jelasnya.

Selang beberapa hari, 11 santri kembali positif Covid-19. Mereka akhirnya dibawa ke RS Darurat Lapangan Indrapura Surabaya, pada 12 Juli 2020. Lalu, 10 santri dinyatakan sembuh, setelah berkali-kali mengikuti tes swab. Namun, perebakan virus di lingkungan pesantren ini masih terjadi, karena telah ditemukan kembali 14 santri positif Covid-19. Mereka pun langsung dibawa ke rumah sakit.

“Kita sudah mengikuti protokol kesehatan sejak adanya Covid. Mereka sebelum pulang sudah kita atur sedemikian rupa, tidak boleh pulang pakai kendaraan umum, diantar oleh mobil yang kita sewa untuk pondok, kembalinya pun demikian juga,” jelas Amal.

"Kita punya alumni di seluruh Indonesia, setiap daerah ini membentuk satgas khusus untuk Covid ini. Nah, mereka inilah yang mengantar para santri, orang tuanya sama sekali tidak boleh ke pondok, kemudian selama di pondok kita terapkan juga seluruh protokol kesehatan, masker, tempat piring gelas, tempat solat dan tidurnya dikasih jarak, demikian juga semuanya pengajar pakai masker,” lanjutnya.

Pondok Pesantren di Jawa Tengah Sebagian Besar Sudah Memenuhi Protokol Kesehatan

Sarwa Pramana, Plt. Kalakhar BPBD Prov. Jawa Tengah dan Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prov. Jawa Tengah , dalam acara “Laporan dari Pesantren” di Jakarta, Selasa (21/7). (Foto: Humas BNPB).
Sarwa Pramana, Plt. Kalakhar BPBD Prov. Jawa Tengah dan Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prov. Jawa Tengah , dalam acara “Laporan dari Pesantren” di Jakarta, Selasa (21/7). (Foto: Humas BNPB).

Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Harian (Plt Kalakhar) BPBD Prov Jawa Tengah dan Sekretaris Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Tengah, Sarwana Pramana mengatakan hampir 50 persen siswa pondok pesantren di Jawa Tengah akan kembali dan memulai aktivitas belajar.

“Jumlah pesantren di Jateng ada 3.304, dan jumlah santri semuanya ada 487.314. Sampai saat ini yang sudah masuk sekitar 221.036,” ungkap Sarwana.

Ia mengatakan, setiap siswa harus memiliki surat keterangan sehat dari puskesmas. Lalu setiap pondok pesantren diwajibkan membentuk gugus tugas, dan semua siswa yang akan memulai pembelajaran harus dikarantina selama 14 hari. [gi/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG