Tautan-tautan Akses

“Bersatu Lawan COVID”, Senjata Jokowi Perangi Corona


Presiden Jokowi menyampaikan keterangan pers di Istana Merdeka, Rabu, 24 Juni 2020, terkait sistem informasi terintegrasi Bersatu Lawan Covid-19 (BLC) untuk menentukan zonasi tingkat penularan di masa Pandemi sekarang ini. (Photo: BPMI Setpres / Twitter @setkabgoid)
Presiden Jokowi menyampaikan keterangan pers di Istana Merdeka, Rabu, 24 Juni 2020, terkait sistem informasi terintegrasi Bersatu Lawan Covid-19 (BLC) untuk menentukan zonasi tingkat penularan di masa Pandemi sekarang ini. (Photo: BPMI Setpres / Twitter @setkabgoid)

Sistem informasi data yang disebut “Bersatu Lawan Covid” diyakini bisa membantu pemerintah untuk secara efektif menangani pandemi Covid-19.

Presiden Joko Widodo memperkenalkan sebuah sistem navigasi yang bisa memonitor perkembangan virus corona yang terjadi di Indonesia. Namanya, Bersatu Lawan Covid (BLC). Sistem tersebut, kata Jokowi, bisa menentukan zonasi berdasarkan tingkat penularan virus ini di suatu daerah.

“Melalui sistem ini kita bisa menentukan zonasi tingkat penularan Covid. Dengan sistem ini juga kita bisa mengetahui berapa kabupaten, berapa kota, berapa provinsi yang berubah statusnya. Dari hijau menjadi kuning, dari hijau menjadi orange, dari hijau menjadi merah. Atau sebaliknya, berubah dari merah menjadi oranye, dari merah menjadi kuning, dan merah menjadi hijau,” ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (24/6).

Dengan sistem informasi yang terintegrasi itu, pemerintah ujar Jokowi jadi memiliki data-data konkret sebelum mengeluarkan kebijakan. Ia juga menegaskan, bahwa semua kebijakan yang dikeluarkan demi memerangi Covid-19 ini dilakukan berdasarkan perhitungan keilmuan yang pasti.

“Dengan sistem informasi yang terintegrasi tadi, kita memiliki data-data dan setiap kebijakan yang kita lakukan selalu berdasarkan pada data science, dan selalu meminta saran kepada para scientist, ahli ilmu pengetahuan. Seperti apa apa metode yang digunakan dan data-data yang ada,” imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengingatkan bahwa meskipun sudah memasuki tahap kenormalan baru atau “new normal” namun ancaman Covid-19 masih ada di depan mata. Apalagi kasus baru di Tanah Air sama sekali belum menunjukkan penurunan yang berarti.

Menurutnya, kunci keberhasilan menangani pandemi ini ada pada masyarakat, yakni senantiasa patuh menjalankan protokol kesehatan yang ketat.

Presiden Jokowi Pemerintah memperkenalkan sistem informasi terintegrasi Bersatu Lawan Covid-19 (BLC) untuk menentukan zonasi tingkat penularan di masa Pandemi dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Rabu, 24 Juni 2020. (Foto: BPMI Setpres/Twitter @setkabgoid)
Presiden Jokowi Pemerintah memperkenalkan sistem informasi terintegrasi Bersatu Lawan Covid-19 (BLC) untuk menentukan zonasi tingkat penularan di masa Pandemi dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Rabu, 24 Juni 2020. (Foto: BPMI Setpres/Twitter @setkabgoid)

“Masyarakatlah yang berperan besar dalam menekan jumlah kasus dan mencegah penyebaran Covid-19. Untuk itu, meskipun sudah berkali-kali saya sampaikan, saya mengajak masyarakat untuk disiplin mengikuti dan mematuhi anjuran-anjuran yang sering kita sampaikan, gunakan masker, sering cuci tangan, jaga jarak yang aman, dan hindari kerumuman. Saya minta juga agar masyarakat saling mengingatkan untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Ini yang harus kita lakukan, harus menjadi kebiasaan baru kita,” paparnya.

Gugus Tugas: 58 Persen Wilayah di Indonesia Berisiko Rendah Covid-19

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Prof Wiku Adisasmito mengatakan dalam kurun waktu 31 Mei hingga 21 Juni kemarin, sebanyak 58 persen wilayah di Indonesia masuk ke dalam kategori zona hijau.

“Kalau kita lihat peta zonasi sejak tanggal 31 Mei sampai 21 juni lalu, terlihat daerahnya dari 46,7 persen yang berisiko rendah dan hijau. Tapi ternyata turun menjadi 44 dan naik terus 52 persen dan sekarang menjadi 58,3 persen. Jadi relatif hampir 60 persen daerah di Indonesia kondisinya risiko rendah dan hijau. Untuk itu beberapa sektor yang aman sudah mulai dibuka,” ujar Wiku.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito. (Foto: Twitter/@BNPB_Indonesia)
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito. (Foto: Twitter/@BNPB_Indonesia)

Menurutnya, hal tersebut dikarenakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam menangani pandemi ini mengedepankan pendekatan preventif dan promotif, dan bukan pendekatan kuratif.

“Penanganan Covid ini mulai dari strategi struktur. Sistem, skill, speed dan target. Kita ingin memastikan bahwa mengedepankan preventif, promotif, strukturnya dari pusat sampai daerah, manajemen penanganannya berbasis gotong royong, kepakarannya dari berbagai bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi, ekonomi dan lain-lain, dan speed karena seluruhnya terstruktur sampai dengan daerah. Intinya yang sehat tetap sehat, yang kurang sehat harus sembuh dan yang sakit diobati sampai sembuh,” paparnya.

Indonesia diakui Wiku cukup kewalahan dalam menangani virus corona ini. Namun perlahan namun pasti dengan sistem informasi terintegrasi melalui BLC, Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik. Ini terlihat dari infrastruktur kesehatan yang terus bertambah, peningkatan jumlah tes Covid-19, hingga bisa memproduksi alat pelindung diri (APD) dan ventilator.

“Bersatu Lawan COVID”, Senjata Jokowi Perangi Corona
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:11 0:00

Wiku juga menjelaskan setidaknya ada 38 daerah yang sudah berubah dari zona kuning menjadi zona hijau, yaitu:

  1. Aceh: Aceh Barat Daya, Pidie, Simulue, Gayo Luwes, dan Bener Meriah.
  2. Sumatera Utara: Toba Samosir, Labuan Batu.
  3. Sumatera Barat: Kota Padang Panjang, Pariaman dan Solok.
  4. Riau: Indragiri Hulu, Pelalawan, Rokan Hulu, Siak, Kota Dumai, Kampar.
  5. Jambi: Bungu Tebo.
  6. Bengkulu : Muko-Muko, Seluma.
  7. Lampung: Tulang Bawang, Pring Sewu, Tulang Bawang Barat.
  8. Kepulauan Riau: Karimun.
  9. Jawa Tengah: Wonogiri dan Pekalongan.
  10. DKI Jakarta: Kepulauan Seribu.
  11. NTB: Kota Bima.
  12. Sulawesi Tenggara: Muna Barat.
  13. Sulteng: Banggai Kepulauan.
  14. Sulsel: Kota Palopo.
  15. Sulbar: Mamuju Utara dan Majene.
  16. Maluku: Pulau Talibu.
  17. Malut: Buru Selatan.
  18. Papua: Mambromo Tengah.
  19. Papua Barat: Teluk Wandama dan Manokwari Selatan.

Menurutnya, perkembangan positif ini tidak lepas dari peran kepala daerah yang sigap mengendalikan penularan virus corona di masing-masing daerah.

Kasus Corona di Indonesia Dekati 50.000

Juru bicara penanganan kasus virus corona Dr Achmad Yurianto melaporkan pada Rabu (24/6) Indonesia kini memiliki 49.009 kasus Covid-19, setelah ada penambahan 1.113 kasus baru hari ini.

Yuri juga mengumumkan ada 417 pasien yang sudah diperbolehkan pulang hari ini, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 19.658.

Jumlah kematian masih terus meningkat. Sebanyak 38 orang meninggal dunia, sehingga jumlah total penderita yang meninggal pun menjadi 2.573. Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) kini 36.648, sementara jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) 13.069. [gi/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG