Tautan-tautan Akses

Bolton: Trump Libatkan Pemimpin Dunia Demi Kepentingannya Sendiri


Mantan penasihat keamanan nasional AS, John Bolton, saat memberi kuliah umum di Universitas Duke di Durham, North Carolina, 17 Februari 2020. (Foto: Reuters)
Mantan penasihat keamanan nasional AS, John Bolton, saat memberi kuliah umum di Universitas Duke di Durham, North Carolina, 17 Februari 2020. (Foto: Reuters)

Mantan penasihat keamanan nasional AS, John Bolton, mengatakan Presiden AS Donald Trump terlibat dalam sejumlah interaksi dengan beragam pemimpin dunia, termasuk Presiden China Xi Jinping, untuk merongrong kepentingan nasional demi kepentingan politiknya sendiri.

Dalam tulisan opini di surat kabar Wall Street Journal, Rabu (17/6), Bolton menulis bahwa ketika KTT G20 tahun 2018 di Buenos Aires, Trump meminta Xi untuk meningkatkan pembelian produk pertanian Amerika guna membantu Trump meraih suara di negara-negara bagian yang menjadi sumber produk pertanian Amerika dalam pemilu presiden 3 November. Sebagai imbalannya, AS akan memberlakukan tarif yang lebih menguntungkan bagi barang-barang China.

Bolton menulis bahwa dalam pertemuan pada 29 Juni 2019, di KTT G20 di Osaka, Jepang, Xi mengatakan kepada Trump bahwa hubungan Amerika- adalah yang terpenting di dunia. Trump, tulis Bolton, “secara luar biasa, mengalihkan pembicaraan ke soal pemilu presiden Amerika mendatang dan memohon pada Xi untuk memastikan agar ia terpilih kembali.”

Pernyataan yang sama tentang interaksi Trump dan Xi dijabarkan Bolton dalam buku setebal 592 halaman, yang berjudul “The Room Where It Happened : A White House Memoir” yang akan dirilis segera. Surat kabar New York Times dan Washington Post telah memperoleh salinan buku itu.

“Ia [Trump] menekankan pentingnya petani, dan meningkatkan pembelian kedelai dan gandum AS oleh China. Saya ingin menulis kata-kata persis yang diucapkan Trump, tetapi proses tinjauan pra-publikasi pemerintah memutuskan sebaliknya,” ujarnya.

Buku itu dijadwalkan untuk dirilis minggu depan, tetapi kini terlibat dalam pertarungan hukum yang sengit dengan Departemen Kehakiman, yang Selasa lalu (16/6) mengajukan gugatan hukum. Hal ini berpotensi menghentikan publikasi buku tersebut. Pemerintah Trump menilai Bolton melanggar perjanjian kerahasiaan dan mempertaruhkan keamanan nasional Amerika.

Berbicara pada wartawan dalam sebuah acara di Gedung Putih hari Selasa, Trump mengatakan buku Bolton itu merupakan “tindakan pidana”. “

Bagi saya hal ini merupakan masalah kriminal yang sangat kuat,” ujar Trump. “Dan ia tahu bahwa ia memiliki informasi rahasia. Pembicaraan apapun dengan saya merupakan rahasia, tetapi ini akan menjadi lebih buruk jika ia [Bolton] berbohong tentang pembicaraan itu.”

Trump dan Jaksa Agung William Barr menuduh Bolton tidak menyelesaikan proses kaji ulang manuskrip Gedung Putih. Sementara pengacara Bolton mengatakan buku itu tidak memuat informasi rahasia dan sudah melalui proses pengkajian ulang, yang diselesaikan April lalu.

Juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany dalam konferensi pers pada Rabu (17/6) mengulangi klaim pemerintahnya.

Ia mengatakan Bolton “seharusnya sangat memahami bahwa memiliki informasi sangat rahasia dari pemerintah Amerika dalam sebuah buku yang akan diterbitkan, merupakan hal yang tidak dapat diterima.” [em/ft]

XS
SM
MD
LG