Tautan-tautan Akses

Kaum Lansia Eropa Tolak Rencana Perpanjangan "Tinggal di Rumah"


Seorang perawat memimpin para lansia di sebuah panti jompo untuk melakukan senam di tengah lockdown Covid-19 (foto: ilustrasi).
Seorang perawat memimpin para lansia di sebuah panti jompo untuk melakukan senam di tengah lockdown Covid-19 (foto: ilustrasi).

Pemerintah di seluruh Eropa menghadapi pemberontakan terkait virus corona dari orang-orang lanjut usia (lansia), yang menolak rencana perpanjangan perintah tinggal di rumah bagi mereka sementara pembatasan pada kelompok usia lain secara bertahap dilonggarkan. Menurut lansia, 'lockdown berkepanjangan pada orang-orang beruban' adalah diskriminasi usia dan mungkin akan mematikan, terlepas dari apakah tertular virus corona atau tidak.

Penolakan itu didukung sebagian dokter, yang memperingatkan "dampak" lockdown terhadap "kesehatan fisik dan mental" para lansia.

Di Inggris, semua orang yang berusia 70 tahun dan lebih, apapun kondisi kesehatan mereka, diklasifikasi sebagai 'rentan secara klinis' dan disuruh tinggal di rumah.

British Medical Association mendesak perdana menteri agar menyertakan lansia dalam setiap rencana pelonggaran pembatasan dalam beberapa pekan ke depan, dan menyatakan, tinggal di rumah terus menerus merusak kesehatan mental mereka.

Setelah ditolak para lansia, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan pemerintah tidak akan membuat peraturan terpisah untuk lansia terkait pelonggaran lockdown.

Kaum milenial yang lahir antara tahun 1981 dan pertengahan 90-an, dan Generasi Z yang lahir antara pertengahan 90-an dan 2015, juga mengeluh bahwa merekalah yang harus menanggung beban terbesar biaya ekonomi akibat virus corona, dibandingkan lansia, seperti resesi tahun 2008.

Para Lansia membalas, mereka juga terimbas resesi tahun 2008. [ka/ii]

Recommended

XS
SM
MD
LG