Tautan-tautan Akses

Banjir Bandang di Sigi, Sulteng, 2 Meninggal Dunia


Situasi di desa Bolapapu pascabanjir bandang yang menyisakan tumpukan material batu dan batang kayu yang memenuhi badan sungai dan jalan, serta merusak rumah warga, 13 Desember 2019. (Foto: VOA/Yoanes Litha)
Situasi di desa Bolapapu pascabanjir bandang yang menyisakan tumpukan material batu dan batang kayu yang memenuhi badan sungai dan jalan, serta merusak rumah warga, 13 Desember 2019. (Foto: VOA/Yoanes Litha)

Pemerintah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah imbau masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai untuk waspada mengantisipasi banjir bandang dan longsor menyusul meningkatnya curah hujan. Pada kamis malam (12/12), banjir bandang di desa Bolapapu, kecamatan Kulawi menyebabkan sembilan rumah rusak berat, serta dua orang tewas.

Warga desa Bolapapu di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah tidak menyangka hujan deras yang hanya turun setengah jam akan mengakibatkan banjir bandang yang menyapu pemukiman mereka pada Kamis malam, 12 Desember 2019. Helmi Budu (65) kepada VOA di Bolapapu mengatakan meskipun dipenuhi lumpur tapi rumahnya selamat dari kerusakan karena batang-batang kayu yang terbawa banjir, justru melindungi rumahnya dari terpaan batu-batu besar yang menggelinding turun bersama arus deras banjir bandang.

“Tahu-tahu kita lihat, di jembatan sini, sudah meluap itu banjir, untung kita punya rumah tapele (terhalang) kayu-kayu yang begini, kalau tidak saya punya rumah yang hancur. Masih was-was, karena kuala (sungai) di belakang rumah ini yang banjir,” ungkap Helmi Budu.

Saiful Taslim Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Kabupaten Sigi mengatakan berdasarkan pendataan Posko Bolapapu, banjir bandang itu terjadi di Dusun Tiga dengan jumlah rumah terdampak kerusakan ringan, sedang dan berat sebanyak 105 unit. Bencana banjir bandang itu juga mengakibatkan dua korban jiwa.

Rumah warga yang rusak berat dalam peristiwa banjir bandang yang membawa turun material pasir bercampur lumpur, serta batu dan batang kayu di dusun 3 desa Bolapapu, Sigi, Sulawesi Tengah, 13 Desember 2019. (Foto: VOA/Yoanes Litha)
Rumah warga yang rusak berat dalam peristiwa banjir bandang yang membawa turun material pasir bercampur lumpur, serta batu dan batang kayu di dusun 3 desa Bolapapu, Sigi, Sulawesi Tengah, 13 Desember 2019. (Foto: VOA/Yoanes Litha)

“Data rumah ini ada 74 yang rusak ringan, 22 rusak sedang dan sembilan yang rusak berat jadi 105 semua rumah. Korban jiwa itu ada dua yang meninggal dunia” jelas Saiful.

Dari pemantauan VOA, situasi di desa Bolapapu Kulawi pasca banjir bandang pada Kamis pagi itu, diwarnai kegiatan kerja bakti untuk pembersihan lumpur dari rumah-rumah warga yang dilakukan oleh personel gabungan TNI dan POLRI. Sebuah alat berat excavator juga dikerahkan untuk mengangkat material kayu dan batu-batu besar dari badan jalan di dalam desa. Warga yang rumahnya mengalami kerusakan ditempatkan di sejumlah posko pengungsian yang berada di halaman rumah ibadah maupun di lapangan terbuka yang dilengkapi dengan dapur umum dan posko kesehatan.

Menurut Saiful, wilayah itu setidaknya mengalami dua kali banjir bandang dalam sembilan tahun terakhir. Banjir bandang pada tahun 2011 mengakibatkan enam korban jiwa. Dia berpendapat, perlu dilakukan kembali penataan pemukiman penduduk untuk menjauh dari aliran-aliran sungai.

“Terhadap wilayah-wilayah yang memiliki kerawanan tinggi ini harus ada komitmen bersama untuk ditata lagi pemukiman di situ bahkan mencari lokasi di dalam desa yang masih memungkinkan untuk pemukiman dan dianggap aman. Daerah ini memang sungguh rawan saya lihat di sepanjang sungai,” ujar Saiful. Dia menambahkan setidaknya terdapat 130 keluarga yang kini berada di sejumlah tempat pengungsian yang didirikan di lokasi yang aman di dalam desa tersebut.

Perlu edukasi masyarakat tidak membangun di bantaran sungai

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi, Asrul Repadjori mengatakan seiring dengan meningkatnya curah hujan maka pihaknya mengimbau agar warga masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai untuk waspada. Meskipun sudah ada larangan mendirikan bangunan dalam jarak 50 hingga 100 meter dari bantaran sungai, tetapi pada kenyataannya di desa-desa, banyak rumah yang didirikan berjarak dua hingga tiga meter dari bantaran sungai.

Petugas TNI dan Polisi yang sedang melakukan pembersihan lumpur dari rumah seorang warga yang terdampak banjir bandang di desa Bolapapu, Kulawi, Sigi, Sulawesi Tengah, 13 Desember 2019. (Foto: VOA/Yoanes Litha)
Petugas TNI dan Polisi yang sedang melakukan pembersihan lumpur dari rumah seorang warga yang terdampak banjir bandang di desa Bolapapu, Kulawi, Sigi, Sulawesi Tengah, 13 Desember 2019. (Foto: VOA/Yoanes Litha)

“(Jarak) 50 hingga 100 meter dari bantaran sungai kan tidak boleh ada aktivitas cuma kan dari dulunya begini yah sulit juga kita ubah, turun temurun itu yang persoalannya, turun-temurun mereka di pinggir bantaran sungai memang,” ungkap Asrul Repadjori.

Meskipun demikian, Asrul mengatakan pihaknya akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat agar ke depannya mereka tidak lagi mendirikan tempat tinggal di sekitar bantaran sungai yang rentan terhadap luapan air sungai pada saat musim hujan.

“Kita sebagai pemerintah ini tetap berupaya bagaimana pelan-pelan mereka akan coba kita relokasi karena merubah mindset/pola pikir masyarakat bukan pekerjaan satu dua hari,” ujar Asrul.

Dia menambahkan, pemerintah Kabupaten Sigi akan merelokasi tempat tinggal warga masyarakat yang berada di bantaran sungai itu ke lokasi lain di dalam desa. Rencana itu akan dimusyawarahkan dengan pemerintah desa dan kecamatan, untuk menentukan lokasi ideal yang aman untuk dijadikan tempat pemukiman yang diharapkan dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman banjir bandang dan tanah longsor pada masa mendatang. [yl/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG