Tautan-tautan Akses

Penyelidikan Pemakzulan Persulit Upaya Trump Terpilih Kembali


Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Presiden Donald Trump
Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Presiden Donald Trump

Keputusan Ketua DPR Nancy Pelosi untuk melancarkan penyelidikan pemakzulan Presiden Donald Trump telah semakin memperumit upaya yang belum pasti, agar ia terpilih kembali dalam pemilu presiden tahun depan. Beberapa jajak pendapat menunjukkan Trump kini berada dalam posisi yang lebih lemah untuk terpilih kembali, dibanding kebanyakan presiden yang berkuasa sebelumnya; dan ia kini mengandalkan perekonomian yang kuat dan para pendukungnya yang setia.

Ketika berkampanye agar terpilih kembali sebagai presiden tahun depan, Trump menyemangati ribuan pendukung yang hadir dalam pawai-pawai politiknya.

“Di bawah pemerintahan ini, Amerika kembali memiliki lapangan pekerjaan, Amerika kembali menang, Amerika kembali dihormati; hal yang sudah lama tidak terjadi,” ujar Trump.

Tetapi Presiden Trump kini menghadapi tantangan baru yaitu penyelidikan pemakzulan yang dipimpin oleh faksi Demokrat di DPR. Ini, sebagian, adalah karena upaya Trump menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy – melalui telpon – untuk menyelidiki putra saingan politiknya Joe Biden. Gedung Putih merilis transkrip pembicaraan telpon itu hari Rabu (25/9).

Ketua DPR Nancy Pelosi ketika mengumumkan penyelidikan pemakzulan itu Selasa sore (24/9) mengatakan, “Presiden harus dimintai pertanggungjawaban. Tidak ada satu orang pun yang kebal hukum.”

Dalam kampanyenya, kandidat calon presiden Partai Demokrat Joe Biden menuduh Presiden Trump telah menyalahgunakan kekuasaannya.

“Kita memiliki seorang Presiden yang percaya bahwa ia dapat melakukan apapun dan lolos dari jeratan hukum. Kita memiliki presiden yang percaya ia kebal hukum,” kata Biden.

Trump menyangkal telah melakukan kesalahan dan mengatakan penyelidikan pemakzulan oleh faksi Demokrat justru akan membantunya memenangkan kembali pemilu presiden tahun depan.

“Kabar baiknya adalah para pemilih memahami hal ini. Itulah sebabnya mengapa mereka mengatakan penyelidikan ini baik bagi pemilu. Tetapi tahukah Anda bahwa hal ini buruk bagi negara ini,” kata Trump.

Penyelidikan pemakzulan ini menambah elemen baru pada ketidakpastian prospek terpilih kembalinya Trump, seperti halnya potensi melemahnya perekonomian Amerika. Analis di Universitas Virginia Kyle Kondik mengatakan.

“Saya kira kemenangan dalam pemilu tahun 2020 ini 50-50 karena ada banyak faktor yang saling bertolakbelakang, baik mendukung atau menentang Trump. Tentu saja ada kondisi perekonomian yang belum diketahui, perang dan damai yang belum diketahui, dan juga siapa calon Partai Demokrat nanti,” ulasnya.

Beberapa jajak pendapat menunjukkan Trump memiliki tingkat popularitas yang dinilai rendah, pada tahun di mana ia berupaya agar terpilih kembali. Jadi untuk menang pada tahun 2020 nanti, Trump bergantung pada basis pendukung yang energik dan sangat loyal padanya.

Tetapi sebagian pakar lainnya menilai selama kondisi perekonomian kuat, maka Trump akan menarik keuntungan.

Ahli strategi Partai Republik John Feehery mengatakan, “Saya menilai Trump adalah presiden yang berbeda dengan lainnya. Tetapi ia masih memiliki keuntungan struktural, dan saya kira ia akan kembali menang karena menilai perekonomian masih akan cukup kuat.”

Trump berharap tidak bernasib sama seperti dua presiden sebelumnya yang kalah dalam pemilu agar dapat terpilih kembali, yaitu Jimmy Carter dari Partai Demokrat tahun 1980 dan George H. W. Bush dari Partai Republik pada tahun 1992. (em/ii)

XS
SM
MD
LG