Tautan-tautan Akses

Paus Mati di Filipina, Perutnya Berisikan 40 Kg Plastik


Darrell Blatchley dari D' Bone Collector Museum Inc., menunjukkan sampah plastik yang ditemukan di dalam perut paus.
Darrell Blatchley dari D' Bone Collector Museum Inc., menunjukkan sampah plastik yang ditemukan di dalam perut paus.

Paus yang mati terdampar di pesisir Filipina ditemukan dengan 40 kilogram plastik di dalam perutnya, termasuk plastik belanja dan karung beras.

Para aktivis menyebutnya sebagai salah satu kasus peracunan terparah yang pernah mereka lihat.

Kelompok aktivis lingkungan kerap menjuluki Filipina sebagai salah satu penghasil polusi laut terbesar di dunia, karena ketergantungan warganya terhadap plastik sekali pakai.

Namun, polusi seperti ini juga menjadi isu di negara Asia Tenggara lainnya. Limbah plastik sering kali membunuh kehidupan di laut seperti paus dan penyu.

Kelaparan menjadi penyebab kematian paus Cuvier dengan berat 500 kg dan panjang 4,7 meter ini.

Ia tidak bisa makan karena sampah memenuhi perutnya, kata Darrell Blatchley, direktur D' Bone Collector Museum Inc..

Kantung belanja plastik dan karung beras menjadi beberapa jenis sampah yang ditemukan di perut paus ini.
Kantung belanja plastik dan karung beras menjadi beberapa jenis sampah yang ditemukan di perut paus ini.

“Ini sangat menjijikan dan menyedihkan,” kata Blatchley. “Kami telah melakukan proses nekropsi pada 61 lumba-lumba dan paus dalam 10 tahun terakhir, dan ini jumlah plastik terbesar yang pernah kami lihat.”

Paus ini mati pada hari Sabtu (16/3) di provinsi Compostela Valley. Hewan tersebut terdampar di pantai sehari sebelumnya, menurut biro perikanan pemerintah setempat.

Warga lokal dan nelayan di kota Mabini berusaha mengembalikan sang paus ke laut, tapi ia kembali terdampar di perairan dangkal, kata Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan.

“Paus ini tidak bisa berenang sendiri, sangat kurus, dan lemah,” kata Fatma Idris, direktur regional biro tersebut.

“Hewan ini mengalami dehidrasi. Pada hari kedua, ia muntah darah."

FILE - Para relawan memindahkan bangkai paus sperma yang terdampar di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
FILE - Para relawan memindahkan bangkai paus sperma yang terdampar di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Kasus kematian paus ini terjadi beberapa minggu setelah Global Alliance for Incinerator Alternative merilis laporan yang menunjukkan penggunaan plastik sekali pakai di Filipina – termasuk hampir 60 miliar saset plastik per tahunnya.

Masalah serupa juga terjadi di Indonesia.

Pada November 2018, seekor paus sperma mati terdampar di pantai Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Di dalam perutnya, ditemukan hampir 6 kilogram plastik.

Di Thailand tahun lalu, seekor paus ditemukan mati setelah menelan lebih dari 80 kantong plastik. Seekor penyu hijau, yang merupakan spesies dilindungi, juga mengalami hal yang sama di negara tersebut. [np/dw]

XS
SM
MD
LG