Tautan-tautan Akses

Kesepakatan Nuklir dengan Iran Berhasil Dicapai


Para pemimpin yang terlibat dalam perundingan nuklir Iran berpose untuk foto, 14 Juli 2015.
Para pemimpin yang terlibat dalam perundingan nuklir Iran berpose untuk foto, 14 Juli 2015.

Negara-negara berkuasa dunia berhasil mencapai kesepakatan dengan Iran yang akan membatasi program nuklir negara tersebut dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi. Kesepakatan ini mengakhiri negosiasi yang alot selama lebih dari satu dekade.

Presiden Obama mengatakan "kesepakatan ini menunjukkan bahwa diplomasi Amerika bisa membawa perubahan yang nyata dan berarti."

Presiden Barack Obama, bersama Wakil Presiden Joe Biden, menyampaikan pidato di "East Room" Gedung Putih di Washington, Selasa, 14 Juli 2015, setelah kesepakatan dengan Iran dicapai.
Presiden Barack Obama, bersama Wakil Presiden Joe Biden, menyampaikan pidato di "East Room" Gedung Putih di Washington, Selasa, 14 Juli 2015, setelah kesepakatan dengan Iran dicapai.

"Sebuah kesepakatan jangka panjang yang komprehensif dengan Iran yang akan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir," ujarnya. Presiden menambahkan ia akan memveto undang-undang di Kongres AS yang akan menghalangi kesepakatan tersebut.

Ia menyampaikan pidato segera setelah pengumuman di Vienna oleh Ketua Urusan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini dan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif setelah perundingan yang dilakukan berminggu-minggu untuk mencapai detil kesepakatan, yang akan membatasi program nuklir Teheran dan mensyaratkan pengawasan badan nuklir PBB.

Mogherini mengatakan kesepakatan itu berimbang dan menghormati semua pihak yang terlibat dalam perundingan ini. Ia menggambarkan kesepakatan ini kompleks, detil dan teknis.

Ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengumumkan kesepakatan bersejarah untuk membatasi program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi internasional di Vienna, Austria, 14 Juli 2015.
Ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengumumkan kesepakatan bersejarah untuk membatasi program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi internasional di Vienna, Austria, 14 Juli 2015.

Setelah ia berbicara di Vienna, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif berbicara pada wartawan dalam bahasa Persia, mengatakan apa yang Mogherini baru katakan dalam bahasa Inggris.

Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Presiden Iran Hassan Rouhani memuji kesepakatan ini dan mengatakan "babak baru" hubungan dengan dunia telah dimulai.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry mendiskusikan detil kesepakatan nuklir, Vienna, Austria, 14 Juli 2015.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mendiskusikan detil kesepakatan nuklir, Vienna, Austria, 14 Juli 2015.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry, berbicara di Vienna hari Selasa (14/7), menyambut kesepakatan ini tapi memperingatkan “bila Iran gagal memenuhi komitmennya terhadap kesepakatan ini, sanksi akan kembali diterapkan."

Kesepakatan

Kesepakatan ini akan membatasi kemungkinan pengembangan senjata nuklir Iran sementara mengijinkan negara tersebut untuk terus menjalankan program nuklir sipil mereka, dan mengurangi jumlah sentrifugal canggih Teheran, menurut pejabat senior AS.

Sebuah poin yang mencuat sepanjang perundingan, akses monitor terhadap lokasi nuklir Iran, dibahas dengan membuat mekanisme yang akan memungkinkan PBB untuk masuk ke lokasi tersebut, namun memberikan hak pada Iran untuk tidak segera menyetujui permintaan tersebut. Sebaliknya Iran akan diijinkan untuk menentang permintaan tersebut melalui arbitrase.

Kesepakatan ini juga membahas embargo PBB tentang senjata-senjata konvensional, yang Iran, dengan dukungan Rusia, ingin agar dihapus. Kesepakatan ini akan tetap memberlakukan embargo senjata selama lima tahun dan embargo misil selama delapan tahun, tapi bisa berakhir lebih cepat bila IAEA memutuskan Iran telah mencapai sasaran kesepakatan yaitu menghentikan semua kegiatan untuk mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang berkali-kali dibantah oleh Teheran.

Sebagai gantinya, negara-negara P5+1 setuju untuk menghapus sanksi ekonomi terhadap Iran begitu Iran mematuhi persyaratan kesepakatan nuklir.

Kesepakatan di menit-menit terakhir

Menteri Luar Negeri AS John Kerry berbicara dengan Presiden Barack Obama tepat sebelum tengah malam untuk mendiskusikan kesepakatan tersebut, yang telah diperjuangkan melalui beberapa tahap negosiasi yang alot.

Hingga pada suatu titik, Zarif, Mogherini dan Kerry meminta staff mereka meninggalkan meja negosiasi di Palais Coburg, di mana kelompok tersebut bekerja keras membahas detil kesepakatan selama dua minggu yang sempat mengancam pencapaian kesepakatan.

Di penghujung malam, ketika kesepakatan telah sebagian besar dicapai, para negosiator terlalu lelah untuk melakukan perayaan, kata seorang pejabat senior AS.

Negosiasi di Vienna menyeret tenggat waktu berkali-kali sementara kedua pihak membahas isu-isu penting seperti akses yang akan dimiliki inspektor ke lokasi nuklir Iran untuk memastikan pemerintah mematuhi kesepakatan, dan juga seberapa cepat sanksi akan dihapus.

Tantangan masa depan

Kesepakatan yang dicapai hari Selasa tersebut mewakili kompromi bersejarah setelah kebuntuan selama 12 tahun, yang kadang-kadang, mengancam timbulnya konflik baru di Timur Tengah. Kesepakatan ini akan diterapkan setelah mengatasi hambatan-hambatan di Washington dan juga Teheran. Pihak konservatif di kedua ibukota tersebut telah menentang kompromi yang dibutuhkan untuk mencapai kesepakatan tersebut.

Hambatan terbesar adalah Kongres AS, di mana partai Republik mempunyai suara mayoritas dan diperkirakan akan memilih menentang kesepakatan tersebut setelah periode peninjauan hingga 60 hari. Presiden Barack Obama diperkirakan akan memveto suara negatif.

Sementara itu pada hari Selasa, Iran dan pengawas nuklir PBB menandatangani kesepakatan yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait campur tangan militer terhadap program nuklir Iran.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah berusaha selama bertahun-tahun untuk mendapatkan jawaban termasuk akses ke lokasi militer Parchin, tapi menghadapi penolakan dari Iran.


Ketua IAEA Yukiya Amano mengatakan roadmap pertemuan para ahli dan hal-hal terkait Parchin akan memungkinkannya mengeluarkan laporan berisi penilaian final badan tersebut pada pertengahan Desember tahun ini.

"Ini adalah kemajuan yang penting untuk mengklarifikasi masalah-masalah terkait program nuklir Iran," ujarnya.


Reporter VOA Chris Hannas berkontribusi untuk laporan ini

XS
SM
MD
LG