Tautan-tautan Akses

Atlet Muslim Tunda Puasa Ramadan Saat Olimpiade


Atlet Muslim menghadapi dilema apakah akan tetap berpuasa Ramadan pada saat Olimpiade, yang dapat mempengaruhi kesempatan meraih medali (foto: ilustrasi).
Atlet Muslim menghadapi dilema apakah akan tetap berpuasa Ramadan pada saat Olimpiade, yang dapat mempengaruhi kesempatan meraih medali (foto: ilustrasi).

Tetap berpuasa atau tidak selama Ramadhan? Pertanyaan tersebut dihadapi oleh sekitar 3.000 atlet Muslim pada Olimpiade Musim Panas 2012 mendatang.

Berlangsung selama 17 hari, dari 27 Juli sampai 12 Agustus, Olimpiade jatuh pada bulan puasa atau Ramadan. Sebetulnya kewajiban ini dimudahkan bagi para Muslim yang bepergian, sehingga mereka boleh tidak berpuasa dan membayarnya kemudian hari. Beberapa ahli hukum Islam mengatakan bahwa para atlet yang menempuh perjalanan ke London dapat mengambil perkecualian tersebut.

Bagi Nesar Ahmad Bahawi, atlet taekwondo dari Afghanistan berusia 27 tahun, isu ini sangat penting. Bahawi mendapat peringkat ketujuh di kelasnya pada Olimpiade 2008. Ia memenangkan medali perak pada Kejuaraan Dunia Taekwondo 2007 dan Asian Games 2010. Ia mengatakan akan menunda puasanya.

“Kompetisi ini sangat penting. Setiap atlet pasti bermimpi untuk mendapat medali Olimpiade. Untuk itu, kita seharusnya tidak berpuasa. Kita berlatih setiap hari. Pada siang hari ketika ada perlombaan, sangat mustahil berpuasa karena paling tidak kita harus minum,” kata Bahawi.

”Tapi kita dapat mengganti puasa di lain waktu dengan jumlah hari yang sama dengan hari kita tidak berpuasa selama Ramadan.”

Mencari Petunjuk dari Quran

Komite Olimpiade di negara-negara Islam konservatif seperti Saudi Arabia atau Iran dapat mewajibkan para atlet mereka untuk tetap menjalankan puasa selama Ramadan. Menunda puasa dapat dianggap melanggar norma budaya.
Namun sebagian besar atlet Muslim peserta Olimpiade, yang dapat mengalami kerugian dalam berkompetisi jika mereka berpuasa, mengatakan siap untuk menunda kewajibannya itu.

Cendekiawan Muslim Siddiquallah Fedayi mengatakan bahwa Quran memerintahkan para Muslim yang bepergian untuk menunda puasanya. "Pertanyaannya adalah di mana kompetisi itu berlangsung. Apakah di desa atau kota tempat tinggal atlet tersebut atau di tempat lain? Jika atlet tersebut pergi ke kota lain untuk mengikuti perlombaan, Quran mengatakan dalam surat Al-Baqarah, ‘Jika engkau sakit, atau seorang musafir, maka jalankan puasamu kemudian hari.’”

Fedayi menambahkan bahwa Quran juga memperbolehkan umat Islam yang tidak sedang bepergian untuk memutuskan sendiri.

Atlet muslim memilih menunda puasa Ramadhan saat olimpiade, dengan pertimbangan puasa dapat mengganggu 'mata pencarian' mereka (foto: ilustrasi).
Atlet muslim memilih menunda puasa Ramadhan saat olimpiade, dengan pertimbangan puasa dapat mengganggu 'mata pencarian' mereka (foto: ilustrasi).
"Jika seseorang memiliki masalah kesehatan atau jika puasa dapat mengganggu mata pencarian, atau untuk beberapa alasan ia perlu makan, maka seorang Muslim boleh mengambil keputusan berdasarkan prioritasnya,” ujarnya. “Karena tidak ada petunjuk yang jelas yang mengatakan bahwa mereka harus menunda puasanya.”

Mo Sbihi, yang akan menjadi atlet dayung Muslim pertama untuk Inggris pada Olimpiade nanti, mengatakan bahwa ia akan menunda puasanya sampai November. Atlet berusia 24 tahun tersebut menganggap Olimpiade merupakan “kesempatan sekali seumur hidup” untuk seluruh anggota timnya, dan akan sangat beresiko jika berpuasa selama kompetisi.

Bahaa al-Farra, atlet lari berusia 20 tahun dari Gaza City, mendapatkan izin dari seorang cendekiawan Muslim untuk tidak berpuasa selama menjalani pelatihan dan kompetisi. Farra juga akan mengganti puasanya kemudian.

Tidak Ada Keberatan

Para ahli kesehatan mengatakan bahwa puasa dapat mengganggu kinerja, terutama dalam olahraga yang memerlukan kekuatan dan ketahanan otot.

Sebuah penelitian pada 2007 terhadap dua tim sepak bola Algeria yang dimuat dalam "British Journal of Sports Medicine" menemukan bahwa tingkat kecepatan, ketangkasan dan ketahanan mereka menurun secara signifikan saat berpuasa Ramadhan.

Meski demikian, Ronald Maughan, kepala kelompok kerja nutrisi pada Komite Olimpiade Internasional (IOC), mengatakan bahwa tidak ada satu negarapun yang protes ketika jadwal Olimpiade London diumumkan hampir 10 tahun yang lalu.

“Tentu saja ini merupakan isu signifikan, dan IOC sangat prihatin jika ada atlet yang merasa dirugikan,” kata Maughan. “Tanggal-tanggal perlombaan dipilih oleh komite penyelenggara lokal [di London]. Kesempatan telah diberikan untuk mengemukakan keberatan pada jadwal pertandingan dan ternyata tidak ada yang protes.”

Maughan mengatakan bahwa keberatan atas jadwal tersebut dikemukakan oleh kelompok-kelompok atau individu-individu yang tidak secara langsung terlibat dalam Olimpiade.

Sementara itu, panitia di London telah melakukan pengaturan khusus untuk mengakomodasi para atlet Muslim yang memilih berpuasa, di antaranya dengan menyediakan makanan sahur dan makanan berbuka di setiap tempat pertandingan.
XS
SM
MD
LG