Tautan-tautan Akses

Kebiasaan Merokok Ganggu Upaya Pemberantasan TBC


Penelitian terkini di Amerika menunjukkan bahwa kebiasaan merokok menghambat upaya pemberantasan TBC, khususnya di negara-negara berkembang.
Penelitian terkini di Amerika menunjukkan bahwa kebiasaan merokok menghambat upaya pemberantasan TBC, khususnya di negara-negara berkembang.

Karena hampir seperlima penduduk dunia masih merokok dan jutaan orang terpapar asap rokok, kemajuan dalam pemberantasan TBC terganggu.

Upaya-upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memberantas penyakit TBC terpusat pada usaha aktif untuk mendeteksi dan merawat penularan TBC di seluruh dunia. Tetapi, hanya sedikit upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyebab penyakit pernafasan yang sangat menular itu. Dr. Anthony Fauci, Direktur Institut Penyakit Menular dan Alergi dan Amerika, yakin kampanye terhadap pembunuh global ini akan dapat diperkuat jika kita memahami lebih jelas mengapa orang sakit TBC.

Ia mengatakan, “Apapun upaya-upaya pengawasan yang kami lakukan, masih ada lebih dari satu juta orang setiap tahun yang meninggal akibat TBC dan jutaan lainnya tertular. Kami menyadari ini adalah persoalan yang sangat besar. Kami telah melakukan hal-hal praktis dalam merawat pasien dan pada saat bersamaan melakukan penelitian mendasar.”

Sebuah penelitian baru tentang epidemi TBC di dunia yang dilakukan oleh tim peneliti di Universitas California di San Fransisco menyimpulkan bahwa merokok menimbulkan masalah kesehatan publik dan merupakan faktor penting yang menghambat upaya-upaya pemberantasan TBC.

Dr. Stanton Glantz adalah salah satu penulis laporan penelitian tersebut dan sekaligus Direktur Pusat Pendidikan dan Penelitian Pengendalian Penggunaan Tembakau di Universitas California. Ia dan rekan-rekannya mencatat bahwa merokok tidak menyebabkan TBC. TBC disebabkan oleh bakteri. Tetapi merokok mengurangi kekebalan tubuh dan membuat orang yang terkena infeksi paru-paru akut bisa terkena bakteri TBC dan mungkin meninggal karenanya.

Ia mengatakan, “Perokok primer dan sekunder meningkatkan jumlah orang yang akan tertular TBC hingga sekitar 7 persen. Ini meningkatkan jumlah orang yang diperkirakan meninggal akibat TBC antara tahun 2011 dan 2050 hingga sekitar 26 persen.”

Dr. Stanton Glantz yakin penelitiannya, yang pertama dilakukan untuk mencari hubungan langsung antara merokok dan penularan TBC serta tingkat kematian, seharusnya diperhatikan oleh para pengambil kebijakan kesehatan dan orang-orang yang menjalankan program pemberantasan TBC.

“Yang terpenting, jika ingin memberantas penyakit TBC ini, kita harus mengendalikan industri rokok dan melawan upaya-upaya industri rokok untuk meningkatkan penggunaan rokok, khususnya di negara-negara berkembang, di mana TBC merupakan persoalan besar.”

Penelitian Dr. Stanton Glantz memperkirakan di sebagian negara berkembang, di mana TBC merupakan penyakit endemis, situasinya akan bertambah buruk jika perusahaan-perusahaan rokok terus memperluas pasar mereka. Laporan itu menyimpulkan pengendalian rokok secara agresif akan memungkinkan negara-negara berkembang untuk mengekang pertambahan penyakit paru-paru emphysema, penyakit jantung dan kanker paru-paru terkait dengan merokok, dan untuk mencegah jutaan kematian akibat TBC.

XS
SM
MD
LG