Tautan-tautan Akses

Penggemar Sepakbola Terpaksa Tinggal di Hotel Jam-jaman di Brazil


Warga Bolivia Brian Jauregui (kiri) keluarganya di dalam kamar di Hotel Opcao di Manaus, Brazil (16/6). (Reuters/Andres Stapff)
Warga Bolivia Brian Jauregui (kiri) keluarganya di dalam kamar di Hotel Opcao di Manaus, Brazil (16/6). (Reuters/Andres Stapff)

Kurangnya akomodasi di kota Amazon memaksa banyak turis tinggal di hotel-hotel yang biasanya disewakan untuk kencan singkat dengan tarif per jam.

Penggemar sepakbola asal Inggris, Marc Cummings, tidak berencana tinggal di hotel jam-jaman di seberang rumah bordil ketika ia datang ke Manaus, Brazil, untuk Piala Dunia.

Namun kurangnya akomodasi di kota Amazon yang panas dan lembab itu memaksanya tinggal di Hotel Opcao, bangunan kayu sederhana di jalan tikus yang gelap yang biasanya disewakan untuk kencan singkat dengan tarif per jam.

Hotel Opcao dan jaringan hotel miliknya ada di distrik lampu merah, bagian kota itu yang memiliki bar, klub malam dan pekerja seks, wilayah yang kepada turis biasanya diingatkan untuk dihindari, terutama saat malam hari.

"Pilihannya tidur di jalan atau tidur di hotel seperti ini. Dan kami 'ditawar' setiap malam," ujar Cummings.

Hotel-hotel seperti ini adalah tempat persembunyian tradisional di Brazil bagi pasangan yang ingin mendapat privasi dari orangtua atau pasangan.

Opcao biasanya menyewakan dengan harga 15 real (US$7,50) per jam, atau 20 real untuk dua jam. Tarif per malam lebih tinggi. Melihat peluang untuk meraup uang ekstra, hotel mengubah rencana bisnisnya untuk Piala Dunia dan mencari lebih banyak hotel yang bermalam.

Selama turnamen, kamar-kamar standar, bersih dan kecil disewakan 250 real per malam, dengan lama menginap minimum tiga malam. Hotel juga merekrut mahasiswa yang bisa berbicara Bahasa Inggris dan Spanyol untuk membantu menghadapi tamu asing.

Alex Simpson, seorang insinyur dari Edinburgh, Skotlandia, berakhir di Opcao setelah hotel yang ia pesan pertama kali menaikkan tarif tiga kali lipat. Ia tidak menyadari hotel seperti apa yang ia tinggali sampai ia melihat kegiatan di luar.

"Ada banyak perempuan-perempuan unik yang berkumpul di sudut jalan," ujarnya.

Cummings dan adiknya Simon mengatakan mereka bersenang-senang tinggal di akomodasi tidak biasa itu. Namun insinyur perangkat lunak asal Jerman, Thomas Muller, kurang antusias.

"Yang penting bersih dan toilet serta kamarnya cukup baik," ujarnya serius.

Petugas resepsionis Roseney Ferreira mengatakan beban pekerjaannya berkurang dari biasa karena para turis banyak yang bermalam, bukannya menyewa per jam.(Reuters)
XS
SM
MD
LG