Tautan-tautan Akses

Menlu AS Peringatkan Bahaya Diplomasi Lewat Twitter


Menteri Luar Negeri AS John Kerry berbicara dalam acara kelompok kebijakan luar negeri perempuan di Washington (29/11). (AP/Susan Walsh)
Menteri Luar Negeri AS John Kerry berbicara dalam acara kelompok kebijakan luar negeri perempuan di Washington (29/11). (AP/Susan Walsh)

Tantangan-tantangan internasional harus dihadapi dengan kejujuran, tekad dan keyakinan, bukannya slogan-slogan dan kata-kata singkat melalui Twitter, ujar Kerry

Meskipun hampir kehilangan suaranya, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry Selasa dengan tegas mengecam cara pendekatan Donald Trump dalam membuat kebijakan tanpa sekalipun menyebut nama presiden terpilih itu.

“Dalam menjalankan diplomasi dan kehidupan publik, kita harus punya telinga yang peka,” kata Kerry dalam pidato sepanjang satu jam di depan Kelompok Kebijaksanaan Luar Negeri di sebuah hotel di Washington.

Tantangan-tantangan internasional harus dihadapi dengan kejujuran, tekad dan keyakinan, kata Kerry, dan “tidak dengan slogan-slogan dan kata-kata singkat melalui Twitter” dan pura-pura sedang menangani kerumitan zaman ini.

Jika tidak, kata Kerry, “kita akan gagal sebagai pemimpin, karena orang tidak akan menanggapi kita dengan serius."

Komentar Kerry itu disampaikan mungkin sehari atau dua hari sebelum Presiden terpilih Trump mengumumkan calonnya untuk menggantikan Kerry sebagai menteri luar negeri AS.

Di antara yang paling banyak disebut sebagai calon adalah bekas calon presiden dari Partai Republik Mitt Romney, mantan walikota New York Rudy Giuliani dan Jenderal Purnawirawan David Petraeus, yang pernah sebentar menjadi direktur Dinas Intelijen Pusat (CIA).

Para pendukung Trump melihat kemenangan calon presiden Partai Republik dalam pemilu presiden tahun ini sebagai penolakan atas politik luar negeri pemerintahan Obama di bawah Kerry dan pendahulunya, Hillary Clinton, yang dikalahkan Trump 8 November lalu.

Pemerintahan Obama menghadapi kecaman keras dari golongan konservatif selama delapan tahun terakhir, terutama karena diplomasinya mengenai Iran, Libya, Timur Tengah, Korea Utara dan tempat-tempat berkonflik lainnya.[sp/isa]

XS
SM
MD
LG