Seorang bayi laki-laki yang baru lahir menyabung nyawa di rumah sakit Thailand sementara ibunya, Nisachon Kotchakun berdoa bagi keselamatan jiwanya. Ia mengatakan, “Oh anakku, Ibu di sini bersamamu. Saya akan terus menunggumu sampai kamu sembuh.”
Kanapat Intara Suwan, dua bulan, adalah korban termuda serangan bom pada akhir Maret terhadap pusat-pusat perbelanjaan di Thailand selatan yang menewaskan 14 orang dan mencderai ratusan lainnya. Serangan itu katanya dilakukan kelompok separatis di Thailand selatan.
Hat Yai terletak di sebelah barat daya wilayah-wilayah terburuk yang dilanda kekerasan oleh kelompok separatis, dan sebagian pihak khawatir serangan-serangan terakhir itu menunjukkan konflik itu merebak ke utara.
Kotchakun mengatakan, “Saya merasa sedih ketika mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang tewas di wilayah selatan. Sekarang ini terjadi pada keluarga saya. Sangat mengerikan. Kadang-kadang saya ingin menyerah saja.”
Sesaat sebelum ledakan di Hat Yai itu, kamera-kamera CCTV merekam dua tersangka yang meninggalkan bom mobil itu di pelataran parkir bawah tanah.
Sedikitnya tiga orang tewas dan ratusan cedera dalam apa yang nampaknya merupakan serangan serentak, hanya beberapa jam setelah pemboman serupa terjadi di Provinsi Yala yang bertetangga.
Sementara itu, di Hotel Imperial Lee Garden, para pejabat tergesa-gesa berusaha memulihkan reputasi Hat Yai sebagai kota yang aman sebelum dimulainya perayaan tahun baru Thailand.
Turisme merupakan pencetak uang yang besar bagi bisnis setempat. Kebanyakan turis yang datang ke wilayah itu berasal dari Malaysia dan Singapura.
Polisi urusan turisme berusaha meyakinkan para pebisnis bahwa situasi keamanan terkendali.
Meskipun ada jaminan dari polisi, pemboman yang lebih sering terjadi Provinsi Yala yang bertetangga menjadikan wilayah itu berada pada tingkat kewaspadaan tinggi, selagi polisi berusaha menyelidiki siapa yang berada di balik serangan-serangan bom serentak itu yang menunjukkan tingkat kecanggihan serangan yang mengkhawatirkan.
Kanapat Intara Suwan, dua bulan, adalah korban termuda serangan bom pada akhir Maret terhadap pusat-pusat perbelanjaan di Thailand selatan yang menewaskan 14 orang dan mencderai ratusan lainnya. Serangan itu katanya dilakukan kelompok separatis di Thailand selatan.
Hat Yai terletak di sebelah barat daya wilayah-wilayah terburuk yang dilanda kekerasan oleh kelompok separatis, dan sebagian pihak khawatir serangan-serangan terakhir itu menunjukkan konflik itu merebak ke utara.
Kotchakun mengatakan, “Saya merasa sedih ketika mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang tewas di wilayah selatan. Sekarang ini terjadi pada keluarga saya. Sangat mengerikan. Kadang-kadang saya ingin menyerah saja.”
Sesaat sebelum ledakan di Hat Yai itu, kamera-kamera CCTV merekam dua tersangka yang meninggalkan bom mobil itu di pelataran parkir bawah tanah.
Sedikitnya tiga orang tewas dan ratusan cedera dalam apa yang nampaknya merupakan serangan serentak, hanya beberapa jam setelah pemboman serupa terjadi di Provinsi Yala yang bertetangga.
Sementara itu, di Hotel Imperial Lee Garden, para pejabat tergesa-gesa berusaha memulihkan reputasi Hat Yai sebagai kota yang aman sebelum dimulainya perayaan tahun baru Thailand.
Turisme merupakan pencetak uang yang besar bagi bisnis setempat. Kebanyakan turis yang datang ke wilayah itu berasal dari Malaysia dan Singapura.
Polisi urusan turisme berusaha meyakinkan para pebisnis bahwa situasi keamanan terkendali.
Meskipun ada jaminan dari polisi, pemboman yang lebih sering terjadi Provinsi Yala yang bertetangga menjadikan wilayah itu berada pada tingkat kewaspadaan tinggi, selagi polisi berusaha menyelidiki siapa yang berada di balik serangan-serangan bom serentak itu yang menunjukkan tingkat kecanggihan serangan yang mengkhawatirkan.
