Tautan-tautan Akses

Bencana Nuklir di Jepang Pengaruhi Keputusan Pengembangan PLTN di ASEAN


Petugas di Observatorium di Hong Kong Observatory menunjukkan resiko radiasi nuklir Jepang di Hong Kong, 15 Maret, 2011
Petugas di Observatorium di Hong Kong Observatory menunjukkan resiko radiasi nuklir Jepang di Hong Kong, 15 Maret, 2011

Bencana nuklir di Jepang telah memperbarui perdebatan mengenai keamanan tenaga nuklir di Asia Pasifik yang merupakan wilayah yang paling rawan terkena bencana alam di seluruh dunia. Pakar ASEAN Carl Thayer mengatakan ada kemungkinan diadakannya tinjauan ulang atas keselamatan dan resiko nuklir di beberapa negara.

Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam berencana membangun PLTN dalam sepuluh tahun mendatang dan negara lainnya dalam kelompok ASEAN berharap menyusul negara-negara tersebut.

Tetapi bencana nuklir yang disebabkan gempa dan tsunami di jepang telah meningkatkan kekuatiran mengenai keselamatan pembangunan PLTN terutama di negara yang rawan terhadap bencana alam. Kawasan Asia Pasifik setiap tahunnya dilanda gempa, badai tropis, banjir dan tanah longsor.

Menyusul bencana di Jepang, beberapa pejabat dan aktivis di kawasan ASEAN menuntut agar upaya pembangunan PLTN tersebut ditinjau kembali.

Ketua Komisi Tenaga Atom Vietnam, Vuong Huu Tan mengatakan negaranya mengawasi dengan ketat bencana nuklir di Jepang dan sadar akan ketakutan masyarakat. Tetapi ia tak berharap kejadian tersebut mempengaruhi rencana pembangunan sedikitnya delapan PLTN negara itu.

Vuong mengatakan Vietnam akan menggunakan teknologi mutakhir yang lebih aman dari teknologi yang digunakan Jepang dalam PLTN di Fukushima.

“Kami akan memilih teknologi nuklir yang lebih maju. Artinya kami mungkin akan memakai teknologi generasi ke-3 atau lebih. Teknologi ini akan berfungsi baik dalam kecelakaan seperti yang terjadi di Jepang, ujar Vuong.

Vuong mengatakan PLTN Vietnam pertama, rencananya akan dibangun dalam tiga tahun ke depan. Thailand berencana membangun sebanyak lima PLTN pada tahun 2025.

Menyusul bencana di Jepang, pemerintah Thailand menyatakan akan mempertimbangkan kekuatiran mengenai keamanan nuklir karena hal ini telah menjadi perhatian masyarakat.

Tetapi juru bicara pemerintah Thailand Panitan Wattanayagorn mengatakan negara itu tidak akan menunda pembangunan PLTN tersebut.

Ia mengatakan,"Sampai kita pasti apa yang terjadi di Jepang. Saya pikir beberapa negara membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai hal ini. Jadi saya pikir “ya” tentu saja ini menimbulkan kekuatiran, tetapi ini bukan hal baru. Mudah-mudahan, komite yang mengerjakan rencana ini akan mendapat gambaran yang lebih menyeluruh.

Panitan mengatakan jika ada penundaan dalam membangun PLTN di Thailand, itu akan disebabkan oleh kesulitan teknis dan studi kelayakan dan bukan sebagai reaksi atas bencana nuklir di Jepang

Pakar ASEAN Carl Thayer dari Universitas South Wales di Australia mengatakan bencana di Jepang dapat menyebabkan diadakannya tinjauan ulang atas keselamatan dan resiko nuklir di beberapa negara. Tetapi ia mengatakan kebutuhan ASEAN yang mendesak akan tenaga listrik menyebabkan negara-negara kawasan itu tidak memiliki banyak pilihan selain memanfaatkan energi nuklir.

PLNT BATA’an di Philipina yang dibangun tahun 1980 adalah satu-satunya PLTN di kasawan ASEAN tetapi karena kuatir akan gempa dan letusan gunung berapi, PLTN itu tidak pernah digunakan. Walau bagaimanapun pemerintah negara itu sedang mempertimbangkan menghidupkan kembali PLTN tersebut guna memenuhi kebutuhan energi.

XS
SM
MD
LG