WHO Bersiap Hadapi Skenario Kasus Ebola Terburuk di Kongo

Seorang petugas medis berjalan di sebuah unit karantina Ebola di Muma, DRC, 13 Juni 2017. (Foto: dok).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (11/5) menyatakan sedang bersiap-siap menghadapi skenario kasus terburuk bagi wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo (DRC).

WHO, Kamis (10/5) menyatakan bahwa antara 4 April dan 5 Mei, 27 penderita demam dengan tanda-tanda perdarahan, termasuk 17 di antaranya yang meninggal, dilaporkan di distrik Bikoro, DRC. WHO menyatakan dua orang terbukti positif mengidap virus Ebola.

Kementerian Kesehatan Masyarakat Kongo telah meminta bantuan WHO dalam mengkoordinasikan tanggapan internasional dan LSM terhadap krisis kesehatan tersebut.

Seberapa jauh wabah itu belum diketahui, sebut WHO, dan lokasi ditemukannya kasus Ebola itu menunjukkan tantangan logistik yang signifikan. Kawasan yang terimbas letaknya terpencil dengan komunikasi terbatas dan prasarana transportasi yang buruk.

Ebola, sesuai nama sungai di Kongo di dekat lokasi ditemukannya virus itu pada tahun 1976, diawali dengan demam mendadak, nyeri otot, diare dan muntah-muntah. Ini adalah demam hemoragik, ditandai dengan perdarahan spontan dari organ-organ di dalam tubuh, dan dalam banyak hal, kematian. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak yang dekat dengan hewan atau orang yang terinfeksi, biasanya melalui darah atau cairan tubuh lainnya.

Orang dapat tertular virus itu melalui kontak langsung dengan tubuh korban pada saat pemakamannya. Orang-orang yang melayaninya, perawat dan dokter yang merawat pasien Ebola juga berisiko tinggi tertular virus ini.

WHO menyatakan wabah di Bikoro adalah wabah Ebola yang kesembilan di Kongo sejak kemunculan pertamanya pada tahun 1976. [uh]