Wabah Virus Demam Babi Afrika Diduga Serang Hewan Ternak di Sumut?

Bangkai babi yang dikeluarkan masyarakat di Sungai Bederah, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Selasa (5/11). (Courtesy: Camat Medan Marelan)

Ribuan hewan ternak babi di Sumut mendadak mati karena terjangkit virus hog cholera atau kolera babi. Meski demikian, penyebab kematian babi itu diduga bukan hanya karena kolera babi, tapi juga terindikasi disebabkan wabah oleh African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.

Kasus kematian hewan ternak babi akibat hog cholera atau virus kolera babi telah menyebar ke 11 kabupaten dan kota di Sumatera Utara (Sumut). Data terakhir yang dilansir oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut menyebutkan hewan ternak babi yang mati mencapai 4.682 ekor. Namun, belakangan kematian ribuan babi tersebut bukan hanya disebabkan oleh virus kolera babi.

Diduga ribuan babi tersebut juga terserang African Swine Fever (ASF) atau virus demam babi Afrika. Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia mengatakan saat ini telah dilakukan uji sampel terhadap babi yang mati. Namun, mereka belum bisa memastikan apakah wabah ASF telah menyerang hewan ternak babi yang ada di Sumut.

"Kami melakukan kepada jenis-jenis penyakit tersebut, sampai saat ini yang kami temukan positif adalah hog cholera. Namun, ketika kami melakukan pengujian terhadap African Swine Fever ada indikasi. Namun, indikasi ini masih diperlukan konfirmasi uji yang masih panjang untuk menetapkan ya atau tidak," katanya di Medan, Kamis (7/11).

Menurutnya sampai saat ini belum ada vaksin dan antibiotik untuk menyembuhkan virus ASF yang menjangkiti hewan ternak babi. Namun, virus ini belum masuk ke Indonesia meski penyebaran wabah tersebut telah memasuki wilayah Asia Timur hingga Asia Selatan.

"Indonesia belum terpapar penyakit ini. Namun, hasil uji kami ada indikasi bahwa penyakit ini bereaksi terhadap uji yang kami lakukan," ujar Agustia.

Masih kata Agustia, kendati virus ASF sangat berbahaya untuk babi, namun daging atau produk olahan babi yang terinfeksi ASF masih bisa dikonsumsi karena penyakit ini tidak bersifat berpindah ke manusia. Dengan catatan memasak daging atau produk olahan berbahan dasar babi dengan suhu minimal 100 derajat celsius.

Bangkai babi yang dibuang masyarakat di Sungai Bederah, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Selasa (5/11). (Courtesy: Camat Medan Marelan)

"Untuk ternak yang diduga terkena ASF dan penyakit lain, sebaiknya tidak dibawa ke luar daerah. Dikhawatirkan ternak-ternak yang sakit bisa menyebarkan sumber penyakitnya ke ternak lain yang sehat," imbau Agustia.

Seperti diketahui seekor babi yang sehat dapat terinfeksi demam babi Afrika melalui rute penularan secara langsung dan tidak. Penularan langsung terjadi melalui kontak fisik antara babi terinfeksi dengan babi sehat. Sementara penularan tidak langsung terjadi dengan cara menelan makanan atau sampah yang mengandung partikel virus ASF. Konsumsi sampah sisa makanan dikenal dengan istilah swill feeding. Sampah yang dihasilkan dari penerbangan pesawat udara dan kapal laut yang berlayar antar negara merupakan salah satu sumber infeksi virus ASF.

Sementara itu, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi turut menanggapi ribuan hewan ternak babi yang mati lantaran diserang wabah virus kolera babi. Kata mantan ketua PSSI ini, virus hog cholera yang menyerang ribuan hewan ternak babi di Sumut belum memasuki kategori krisis. Penyebaran virus tersebut masih terus ditangani dan terkendali, saat ini bantuan vaksin sedang dalam perjalanan.

"Masih terkendali. Kita sudah minta (vaksin) dibantu masih sifatnya nasional. Tidak sampai internasional," kata Edy.

Mirisnya di sejumlah daerah di Sumut, bangkai-bangkai babi dibuang ke sungai dan tempat terbuka lainnya. Sementara di Medan bangkai-bangkai babi terlihat mengambang di aliran Sungai Bederah kawasan Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Edy juga sangat menyayangkan karena masih ada masyarakat di Sumut yang kerap membuang bangkai-bangkai babi ke sungai.

Your browser doesn’t support HTML5

Wabah Virus Demam Babi Afrika Diduga Serang Hewan Ternak di Sumut


"Menjadi persoalan orangnya ini mungkin tidak mengerti dampak dia buang ke sungai, saya akan mengelurkan surat kepada masyrakat. Bukan hanya babi, tetapi seluruh sampah tidak boleh itu dibuang ke sungai. Ini harus clear yang membuang ini dia gak ngerti. Kalau ini bakteri," ucapnya.

Dalam mengantisipasi agar hal serupa tak terjadi lagi. Edy berencana membuat peraturan gubernur (Pergub) untuk permasalahan ini. Masyarakat yang masih membuang bangkai babi ke sungai saat ini hanya diperingatkan.

"Setelah dikeluarkan Pergub nanti baru ada sanksi. Kalau masih bisa diperingatkan kenapa kita harus berikan sanksi," tutur Edy. [aa/lt]