Unpad-ITB Berinovasi di Tengah Meroketnya Kasus Covid Nasional

  • Rio Tuasikal

Gubernur Jabar Ridwan Kamil mencoba ventilator portable Vent-I yang dikembangkan Unpad, ITB, dan Rumah Amal Salman. (Foto: Courtesy/Humas Jabar)

Dua perguruan tinggi di Jawa Barat tengah menciptakan tiga alat kesehatan guna mendukung penanggulangan COVID-19. Inovasi terus didorong di tengah melonjaknya kasus COVID di Indonesia.

Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, serta Rumah Amal Salman, memproduksi ventilator portable Vent-I yang diklaim lebih mudah dioperasikan. Alat bantu pernapasan ini menjadi kebutuhan krusial pasien yang mengalami masalah pernapasan akibat Covid.

Dr. dr. Reza Widianto Sudjud dari Unpad mengatakan, ciptaan timnya sudah lolos uji Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan. Vent-I telah memenuhi standar SNI IEC 60601-1:204 yang mengatur persyaratan umum keselamatan dasar dan kinerja esensial. "Vent-I dinyatakan lolos uji ketahanan. Kemudian, kami lakukan uji klinis. Uji klinis lolos. Setelah itu, kami mendapatkan izin edar," kata Reza di Kota Bandung, Rabu (24/6).

Anggota tim pengembang lainnya, Dr. dr. Ike Sri Redjeki mengatakan, tak semua petugas media mampu menggunakan alat bantu pernapasan yang canggih. Karena itu, timnya menciptakan Vent-I yang menggunakan mesin ventilator PEEP (Positive End-Expiratory Pressure) dan lebih mudah dioperasikan.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil meninjau lab PCR keliling "Mobile Combat" COVID-19 dari PT Inti Dharma Global Indo di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (23/6/20). (Foto: Courtesy/Humas Jabar)

"Maka kami coba membuat ventilator yang dapat dioperasikan oleh perawat, dokter umum, atau dokter spesialis yang lain. Bahkan mesin ini bisa dibawa pulang, dan dipakai oleh pasien di rumah," ucap Ike.

Hingga Selasa lalu (23/6), sebanyak 216 unit Vent-I sudah disalurkan ke berbagai daerah di Indonesia, antara lain DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Papua Barat.

Vent-I, yang rencananya diproduksi 800-900 unit sampai pekan kedua Juli 2020, diproduksi bersama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) serta dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Jabar. Sementara pemasangan produk dilakukan di Politeknik Manufaktur dan Politeknik Bandung, dibantu beberapa SMK.

BACA JUGA: “Bersatu Lawan COVID”, Senjata Jokowi Perangi Corona

Unpad Produksi Alat Tes Cepat dan VTM

Sementara itu, alat deteksi cepat bernama CePAD terus disempurnakan tim Universitas Padjadjaran. Koordinator Peneliti Rapid Test Covid-19 Unpad dari Fakultas MIPA, Muhammad Yusuf mengatakan, timnya mengembangkan tes CePAD yang mendeteksi antigen. Tes ini akan melengkapi tes antibodi yang selama ini digunakan.

"Jadi dengan lengkapnya rapid test ini, dengan antibodi tersebar, deteksi antigen tersedia, mudah-mudahan penanganan Covid-19 semakin baik ke depannya," ucapnya.

Panduan penggunaan CePAD masih terus dimatangkan, ujar Direktur Inovasi dan Korporasi Unpad Diana. Sebab, ujar Diana, pengambilan sampel nasofaring tidak bisa dilakukan sembarangan. "Sekarang yang digodok adalah bagaimana barang itu bisa sampai ke masyarakat," ucap Diana.

Ventilator menjadi salah satu alat bantu pasien corona yang dalam kondisi berat hingga kitis. (Foto: Courtesy/Humas Pemprov Jawa Timur)

Tim lain di Unpad juga mengembangkan media transportasi virus (VTM) bernama VitPAD-iceless Transport System. Sistem ini memiliki ketahanan dan keamanan untuk penyimpanan dan transportasi sampel virus di suhu ruang.

Dosen Fakultas Kedokteran Unpad yang juga tim pengembangan vitPAD, Hesti Lina, mengatakan, Indonesia membutuhkan banyak VTM. Namun selama ini Indonesia ketergantungan dengan VTM impor.

"Kami memikirkan bagaimana bisa membuat VTM produk lokal, dan juga memiliki kualitas yang baik, dan tahan di suhu kamar, sehingga memudahkan transportasi dari fasilitas kesehatan di pelosok ke laboratorium pemeriksa (Covid-19)," kata Hesti.

BACA JUGA: Gugus Tugas: Dexamethasone Bukan Penangkal Covid-19

Hesti menambahkan, vitPAD sedang divalidasi ke sampel yang lebih banyak. Rencananya 3.000 vitPAD akan diproduksi dan disebar ke sejumlah fasilitas kesehatan di Jabar. "Perizinan sedang paralel dilakukan, mungkin kami juga kerja sama dengan industri. Itu juga bisa diharapkan terbuka,” tambahnya.

Kasus Nasional Tembus 50.000

Berbagai upaya ini dilakukan di tengah kasus Covid-19 nasional yang menembus angka 50 ribu per Kamis (25/6). Kasus terbanyak berada di Jawa Timur dan DKI Jakarta dengan masing-masing 10 ribu kasus lebih. Sementara Jawa Barat memiliki 2.000-an kasus.

Seorang warga menjalani pemeriksaan COVID-19 dengan metode swab di Kawasan Puncak, Minggu (21/6), dalam pengecekan massal selama 2 hari. (Foto: Courtesy/Humas Jabar)

Jabar menargetkan dapat mengetes 300 ribu penduduk atau 0,6 persen dari total penduduk. Angka tersebut mengikuti Korea Selatan yang memiliki populasi kurang lebih 50 juta, mirip dengan Jabar.

Hingga Selasa lalu (23/6), Pemprov Jabar telah melakukan pengujian medis atas 65 ribu orang melalui metode PCR dan 158 ribu orang lewat Rapid Diagnostic Test (RDT).

Pemda Jabar juga menyiapkan mobil laboratorium PCR keliling untuk dikirim ke pusat-pusat keramaian. [rt/em]