Trump: Saya 'Tak Serahkan Apapun’ kepada Putin di KTT Helsinki

Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum pertemuan di Helsinki, Finlandia 16 Juli 2018 lalu (foto: dok).

Presiden Amerika Donald Trump mengatakan pada hari Senin (23/7) bahwa dia “tidak meyerahkan apapun" kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan puncak pekan lalu di Helsinki, tetapi rincian pertemuan satu lawan satu itu masih merupakan teka-teki.

“Kami hanya berbicara tentang manfaat masa depan bagi kedua negara,” kata Trump di Twitter. “Juga, kami berteman dengan sangat baik, yang merupakan hal yang baik kecuali untuk Media yang Korup.”

Trump menyalahkan media berita utama yang disebutnya “Fake News” atau “Berita Palsu” karena "berbicara negatif” tentang pertemuannya dengan Putin.

Trump dan Putin bertemu di balik pintu tertutup selama lebih dari dua jam dengan hanya penerjemah mereka di ruangan itu bersama mereka. Dalam berbagai kesempatan sejak itu, Trump mengatakan bahwa kedua pemimpin berbicara tentang campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016, penghentian terorisme global, keamanan bagi Israel, kebutuhan untuk mengekang perlombaan senjata nuklir antara kedua negara, pencaplokan oleh Rusia atas Semenanjung Krimea dari Ukraina pada tahun 2014, serangan dunia maya, perdamaian Timur Tengah, senjata nuklir Korea Utara dan banyak lagi.

Tapi rincian tentang apa yang mungkin diputuskan oleh Trump dan Putin belum muncul. Trump akhir pekan lalu mengundang Putin untuk mengunjungi Gedung Putih dalam beberapa bulan mendatang untuk pertemuan kedua.

Ketika kembali ke rumah dari pertemuan itu, Presiden Trump mendapat kecaman luas baik dari kalangan Partai Republik maupun dari Partai karena penampilannya dalam konferensi pers bersama Putin, di mana Trump menerima sanggahan Putin yang “sangat kuat” bahwa Rusia telah campur tangan dalam pemilihan presiden AS pada tahun 2016, daripada membela kesimpulan komunitas intelijen Amerika bahwa Moskow telah campur tangan.

Namun, pada Minggu malam, Trump menyebut cerita campur tangan Rusia itu sebagai “semua tipuan besar,” dan menyalahkan mantan Presiden Barack Obama karena tidak melakukan intervensi untuk menghentikannya karena Obama mengira calon Demokrat Hillary Clinton akan mengalahkan Trump dalam pemilihan itu. [lt]