Ini Rasio Kegagalan Sekolah Tingkat SMU di Amerika

Sekolah asrama "Phillips Academy" di kota Andover, Massachusetts, AS (Foto: Wikipedia).

Biro Sensus Amerika Serikat mengatakan hampir seperempat dari penduduk negara tersebut yang berusia diatas tiga tahun kini belajar di berbagai tingkatan sekolah, mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Angka ini setara dengan sekitar 76 juta orang. Namun setiap tahun, lebih dari 1,2 juta siswa tidak dapat menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di Amerika atau sama dengan tiap 26 detik terdapat satu siswa yang gagal, kata mantan Menteri Pendidikan Amerika Serikat Tony Miller.

Data Biro Sensus Amerika Serikat menyatakan, persentase anak muda yang berusia antara 18 sampai 24 tahun dan tamat sekolah menengah, naik dari 83,9 persen pada tahun 2007 menjadi 87,5 persen tahun 2017.

Kendati jumlah siswa yang mendaftar ke perguruan tinggi tidak berubah dalam 10 tahun terakhir, yaitu 18,4 juta orang, namun jumlah mahasiswi tercatat lebih tinggi daripada jumlah mahasiswa, yakni mencapai 54,9 persen. Untuk mahasiswa tingkat S-1 jumlahnya bahkan lebih tinggi lagi, yaitu 59,8 persen.

Masih menurut Biro Sensus, pemuda atau pemudi yang drop out dari sekolah menengah diperkirakan bisa mendapat pekerjaan yang bergaji sekitar 20 ribu dollar per tahun, atau 24 juta rupiah per bulan. Sementara tamatan sekolah menengah mencapai 30,500 dollar per tahun. Kalau beruntung, setelah mendapat gelar diploma (bachelor), empat tahun kemudian ia bisa mengharapkan gaji hampir 36,500 dollar per tahun.

Tingkat pengangguran diantara orang yang tidak punya ijazah SMU tercatat 12 persen, dibandingkan tamatan perguruan tinggi, yang berada pada angka 4,1 persen.

BACA JUGA: Serba Serbi Kehidupan Kampus di Amerika

Menurut Departemen Pendidikan, tingkat kemiskinan diantara orang yang tidak memiliki ijazah SMU bisa mencapai 30,8 persen, dibanding hanya 13,5 persen bagi yang tamat perguruan tinggi empat tahun.

Tingkat pendidikan yang rendah juga tercermin dalam jumlah orang yang masuk penjara karena satu dan lain hal. Menurut hasil studi Universitas Northeastern, jumlah napi yang tidak tamat sekolah menengah 63 kali lebih tinggi dari orang yang tamat pendidikan S-1.

Hal ini menunjukkan siswa yang putus sekolah itu terpapar pada keadaan sosial-ekonomi yang buruk, yang seringkali merupakan gerbang untuk memasuki dunia kejahatan.

Studi Universitas Northeastern itu juga menunjukkan, seorang siswa SMU yang putus sekolah mengakibatkan kerugian pada masyarakat sebesar 292 ribu dollar semasa hidupnya, karena ongkos-ongkos yang terkait pemenjaraan dan jumlah pajak yang lebih kecil yang mereka bayarkan.

Harian Washington Post melaporkan, dari sekitar tiga juta anak muda yang tamat sekolah menengah tiap tahun, sebagian besar dari dua juta orang yang mendaftar ke perguruan tinggi, akhirnya gagal ditengah jalan. Mereka drop out tidak lama setelah mulai kuliah.

Sejak bertahun-tahun tidak banyak perguruan tinggi yang mengumpulkan statistik tentang siswa yang putus kuliah. Pemerintah federal Amerika bahkan tidak mencatat angka-angka siswa yang lulus perguruan tinggi empat tahun sampai pertengahan tahun 1990-an.

Pada dasarnya, anak-anak orang kaya cenderung bisa menyelesaikan studi mereka, dibanding anak-anak dari keluarga miskin. Satu dari dua anak muda keluarga yang berpenghasilan diatas 90,000 dollar per tahun diperkirakan bisa mendapat gelar diploma sebelum ia berusia 24 tahun. Tapi bagi anak muda dari keluarga miskin, hanya satu dari 17 orang yang bisa mencapai tahapan itu. [ii]

BACA JUGA: Sekolah Kejuruan di Amerika