Tim Peneliti AS Kembangkan Antibodi untuk Cegah Penyakit Alzheimer

Gambar sebelah kiri menunjukkan bagian-bagian otak penderita penyakit Alzheimer, di mana protein menumpuk dan membentuk plak yang mengeras, sementara gambar di sebelah kanan menunjukkan bagian otak yang berhasil dibersihkan dari timbunan plak dengan pemberian vaksin untuk merekayasa antibodi yang sedang dikembangkan tim peneliti AS (AP Photo/Elan Corp.).

Tim peneliti AS mengembangkan antibodi yang mampu membersihkan bercak protein yang merusak otak, yang diyakini menyebabkan penyakit Alzheimer.
Pada saat sebagian besar orang mengunjungi dokter untuk mengeluhkan masalah daya ingat dan penurunan kognitif yang serius, para ahli mengatakan otak mereka kemungkinan besar sudah dipenuhi endapan protein beta-amyloid.

Plak itu merupakan ciri khas Alzheimer, penyakit penurunan fungsi saraf otak progresif yang akhirnya menyebabkan cacat dan kematian. Organisasi Alzheimer’s Disease International pada tahun 2010 memperkirakan 35,6 juta orang di seluruh dunia menderita berbagai bentuk demensia, termasuk Alzheimer.

Para peneliti perusahaan farmasi Eli Lilly melaporkan bahwa terapi antibodi eksperimental mereka melekat pada plak dan benar-benar menyapu plak yang ada pada tikus Alzheimer. Antibodi baru mereka adalah bagian dari tren yang disebut imunoterapi di mana protein sistem kekebalan tubuh, atau antibodi, dapat direkayasa untuk menargetkan dan menonaktifkan molekul tertentu yang menyebabkan penyakit.

Di bagian penurunan fungsi syaraf perusahaan farmasi itu, Ronald DeMattos meneliti terapi-terapi baru untuk mengobati dan mencegah penyakit Alzheimer.“Apa yang dapat kami tunjukkan adalah pengobatan dengan antibodi yang sangat spesifik untuk melekatkan bercak ini. Kami mampu membuang gumpalan atau plak yang sudah ada,” kata ROnald DeMattos.

Pada otak yang sehat, protein beta- amyloid seharusnya diproses dan dibuang dari tubuh. Namun, pada orang dengan penyakit Alzheimer, protein itu menumpuk dan membentuk plak yang mengeras.

Para peneliti berteori bahwa beta amyloid yang larut dalam air itu melapisi plak yang ada, sehingga mengganggu upaya terapi untuk menghilangkan penumpukan.

Alih-alih merekayasa obat secara genetik untuk menarget semua beta- amyloid pada tikus eksperimen yang dibiakkan agar berpenyakit Alzheimer itu, DeMattos dan rekan-rekannya mengembangkan antibodi yang melekat pada plak dan menghilangkan hanya timbunan plak yang mengeras

"Antibodi itu dimaksudkan untuk masuk ke otak dan membantu tubuh sendiri memfasilitasi penghapusan bahan plak yang menumpuk itu. Dengan melakukannya, kami berharap dapat mengurangi sebagian penurunan kognitif yang dikaitkan dengan penyakit itu," paparnya lagi.

Ketika ditanya apakah penghapusan plak Alzheimer itu mengarah pada perbaikan daya ingat atau menghentikan penurunan kognitif yang terkait dengan penyakit itu? "Kita lihat saja nanti," jawab DeMattos.

Pasien Alzhiemer biasanya mulai menimbun plak beta amyloid sepuluh tahun atau lebih sebelum mereka didiagnosis, menurut DeMattos, yang mengatakan tujuan akhir adalah merawat orang sebelum mengembangkan tanda-tanda penyakit Alzheimer.

Artikel terapi antibodi baru untuk penyakit Alzheimer ini diterbitkan dalam jurnal Neuron.