Thailand Kemungkinan Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19 Setelah Identifikasi Insiden 'Superspreader'

Seorang pekerja migran menerima dosis pertama vaksin Sinopharm melawan COVID-19 di pusat Palang Merah Thailand di Bangkok, Thailand, 5 Oktober 2021. (Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha)

Otoritas kesehatan Thailand memperingatkan, Rabu (29/12), bahwa penduduk harus bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan kasus virus corona setelah mengklasifikasikan sebuah klaster varian omicron pertama di negara itu sebagai insiden yang menyebar luar biasa cepat (superspreader).

Klaster omicron yang diidentifikasi di Provinsi Kalasin, Thailand timurlaut pada malam Natal itu terkait dengan pasangan yang baru pulang dari perjalanan ke Belgia dan mengunjungi bar, konser, dan pasar. Klaster itu telah menginfeksi ratusan orang, dengan kasus menyebar ke-11 provinsi lain, kata pejabat kesehatan senior Opas Karnkawinpong. Ia mengatakan, bar yang dikunjungi pasangan itu dipadati pengunjung dan tidak memiliki sistem ventilasi yang baik.

BACA JUGA: Thailand Gandakan Jumlah Pengunjung Setelah Longgarkan Aturan Karantina

"Saat Tahun Baru, jika Anda berencana mengunjungi suatu tempat dan tidak terlihat aman, jangan masuk ke sana," kata Opas dalam keterangannya kepada wartawan. Hingga saat ini, Thailand telah melaporkan 740 kasus varian Omicron yang sangat menular, termasuk 251 pada orang yang pernah melakukan kontak dengan pendatang asing, kata Opas.

Setelah infeksi virus corona memuncak pada Agustus hingga di atas 20.000, jumlah kasus harian turun menjadi sekitar 2.500 dalam sepekan terakhir. Tetapi skenario perencanaan Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa pada Maret infeksi harian dapat mencapai 30.000, dengan lebih dari 160 kematian, bila tidak disertai percepatan program vaksinasi, pengujian, dan perluasan kebijakan jarak sosial. Skenario itu juga menunjukkan, jika pembatasan diperketat, kasus harian dapat mencapai 14.000 pada Februari, dengan kurang dari 60 kematian setiap harinya.

Seorang petugas kesehatan memegang jarum suntik dan botol vaksin Sinovac di sebuah pasar di Bangkok, Thailand, 17 Maret 2021. (Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha)

Sementara itu, juru bicara satuan tugas virus corona Thailand, Taweesin Wisanuyothin mengatakan pada pengarahan terpisah, dalam dua pekan pertama Januari, pegawai pemerintah disarankan bisa bekerja dari rumah, dan mendesak sektor swasta untuk mengikutinya.

Setelah mendeteksi kasus omicron lokal pertama pekan lalu, otoritas Thailand memberlakukan kembali karantina wajib bagi pendatang asing dan menangguhkan program "Test & Go" yang memungkinkan pelancong yang telah divaksinasi menghindari karantina. [ab/ka]