Survei: 40 Persen Warga AS Berpendapat Teroris Menang dalam Perang Lawan Amerika

Obama (Foto: dok.)

Sebuah jajak pendapat baru yang dilakukan oleh stasiun TV CNN menunjukkan semakin banyak orang Amerika yang tidak puas dengan upaya anti-teror Amerika dibanding waktu lainnya sejak tanggal 11 September 2001, di mana 40 persen mengatakan teroris memenangkan perang melawan Amerika.

Hasil survei itu diumumkan hari Senin (28/12), yang dilakukan hanya beberapa minggu setelah serangan teroris mematikan di Paris dan San Bernardino, California. Hasil-hasil survei itu menunjukkan hampir tiga-perempat warga Amerika mengecam upaya anti-teror pemerintahan Obama, jauh melebihi 61 persen yang berpandangan serupa terhadap George W. Bush sewaktu menjabat sebagai presiden pada tahun 2007.

Survei yang dilakukan bersama Opinion Research Corporation itu, menunjukkan 55 persen dari Partai Republik yakin bahwa ekstrimis Islam telah mencapai kemajuan, sementara 52 persen dari Partai Demokrat berpendapat konflik global menghadapi jalan buntu.

Empat puluh sembilan persen mengatakan mendukung pengiriman pasukan darat ke medan perang melawan ekstrimis ISIS yang menguasai sebagian besar Suriah dan wilayah Irak utara dan barat. Sebuah survei serupa yang dilakukan beberapa hari setelah pembantaian di San Bernardino menunjukkan 53 persen mendukung pengerahan pasukan Amerika.

Terorisme dan isu-isu keamanan nasional mendominasi pemilu presiden Amerika 2016, beberapa survei lainnya dalam beberapa pekan belakangan menunjukkan isu keamanan kini lebih utama bagi para pemilih dibanding isu ekonomi.

Kontestan calon presiden terdepan dari Partai Republik, Donald Trump, sejauh ini mengusulkan larangan “menyeluruh” terhadap orang Muslim untuk masuk ke Amerika, hingga pemerintah Amerika “mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."

Gedung Putih segera mengecam usulan itu dengan mengatakan "sangat bertentangan dengan nilai-nilai kita sebagai rakyat Amerika."

Saingan Donald Trump dari sesama Partai Republik, Jeb Bush, juga mengecam usulan tersebut, dengan mengunggah pesan twitter yang mengatakan “usulan kebijakan itu tidak serius." [zb/al]