Surplus Perdagangan Tiongkok Turun Jelang Kunjungan Hu Jintao ke AS

Beijing menghadapi tekanan untuk membiarkan nilai mata uang Tiongkok naik terhadap dolar.

Ekspor naik 18 persen dari bulan yang sama tahun lalu berkat tumbuhnya permintaan sementara dunia pulih dari kemunduran global.

Tiongkok menyatakan surplus perdagangannya menciut tajam pada bulan Desember karena lonjakan permintaan domestik akan barang dan materi dari luar negeri. Perkembangan ini meredakan ketegangan menjelang kunjungan kenegaraan Presiden Hu Jintao ke Washington.

Data bea cukai Tiongkok yang keluar Senin ini menunjukkan surplus perdagangan untuk Desember sedikit di atas 13 miliar dolar, dibanding surplus hampir 23 miliar dolar pada bulan November dan kurang dari separuh surplus bulan Oktober yang tercatat lebih dari 27 miliar dolar.

Laporan itu menyatakan ekspor naik hampir 18 persen dari bulan yang sama tahun lalu, berkat tumbuhnya permintaan, sementara dunia pulih dari kemunduran global. Tapi perolehan itu diimbangi oleh kenaikan impor lebih dari 25 persen sementara konsumen dan perusahaan Tiongkok membeli lebih banyak barang dan bahan mentah dari luar negeri.

Selama berkunjung ke Washington minggu depan, Presiden Hu diduga akan menghadapi tekanan untuk membiarkan nilai mata uang Tiongkok naik dengan lebih cepat. Amerika dan sebagian besar negara Eropa menyatakan Tiongkok mendapat keuntungan perdagangan yang tidak adil dengan menahan nilai yuan.

David Cohen, ekonom pada lembaga “Action Economics” yang berbasis di Singapura, memberitahu VOA bahwa, data terbaru dari Tiongkok itu mencerminkan negara-negara pengekspor utama lain di Asia.

Katanya, walaupun nilai yuan terus naik, pemulihan ekonomi global kemungkinan besar akan mempertahankan permintaan akan ekspor Tiongkok tetap tinggi.