Skor PISA Menurun, Jokowi Soroti Masalah Pendidikan Indonesia

Belajar di luar kelas SD Negeri 101729, Deli Serdang, Sumatra Utara (foto: VOA/Anugrah Andriansyah)

Skor PISA Indonesia mengalami penurunan. Presiden Joko Widodo mengungkapkan, menurunnya skor penilaian international terhadap ketrampilan dan kemampuan siswa usia 15 tahun ini tidak hanya berakar dari murid dan guru, melainkan juga sistem pendidikan secara keseluruhan.

Presiden Joko Widodo mengatakan, skor Programme for International Student Asessment (PISA) Indonesia pada 2018 menunjukkan penurunan, terutama pada tiga bidang , yaitu membaca, matematika, dan sains.

“Laporan yang saya terima, skor rata-rata PISA 2018 menurun di tiga bidang kompetensi dengan penurunan paling besar di bidang membaca. Kemampuan membaca siswa Indonesia dengan skor 371 di posisi 74, kemampuan matematika dengan skor 379 di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 di posisi 71. Berdasarkan survei PISA kita juga bisa mengetahui tiga permasalahan utama yang harus diatasi,” ujar Jokowi dalam telekonferensi Rapat Terbatas, di Jakarta, Jumat (3/4).

Ia menyoroti tiga masalah utama pendidikan di Indonesia yang menyebabkan skor PISA ini menurun. Pertama, besarnya presentase siswa yang berprestasi rendah. Walaupun, Indonesia sudah berhasil meningkatkan akses anak usia 15 tahun ke dalam sistem pendidikan, ia menilai masih perlu upaya lebih keras untuk menekan angka siswa berprestasi rendah di kisaran 15 persen hingga 20 persen pada 2030.

Kedua, tingginya persentase siswa yang mengulang kelas, yaitu 16 persen. Ketiga, atau yang terakhir adalah tingginya siswa yang membolos.

Jokowi menyatakan perlu langkah kongkrit agar skor PISA di Indonesia bisa meningkat. Ia menyarankan perbaikan menyeluruh dari berbagai aspek pendidikan, termasuk peraturan, anggaran, infrastruktur, manajemen, kualitas guru dan beban administrasi guru.

“Ini berkali-kali saya tekankan, mengenai beban administrasi guru. Guru tidak fokus kegiatan belajar mengajar tapi lebih banyak dipakai untuk hal-hal yang berkaitan dengan administrasi. Ini tolong digarisbawahi,” jelasnya.

Ia juga meminta perbaikan dalam proses belajar, terutama dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

BACA JUGA: Evaluasi Sistem Pendidikan, Pemerintah Didesak Buat 'PISA' Indonesia

Jokowi juga menekankan pentingnya perbaikan lingkungan belajar agar bisa memotivasi siswa belajar dan menekan tindakan perundungan di sekolah.

“Survei PISA dan juga evaluasi UN (ujian nasional, red) terdapat hubungan kuat antara kondisi sosial ekonomi siswa dengan capaian hasil UN atau skor nilai PISA,” paparnya.

Mendikbud Nadiem Makarim Siapkan Lima Strategi Khusus untuk Tingkatkan Skor PISA

Mendikbud Nadiem Makarim menyiapkan lima strategi untuk meningkatkan skor PISA ini.

Pertama adalah mengubah standar penilaian. Nantinya, kata Nadiem UN akan dijadikan assessment kompetensi minimum yang terinspirasi dari PISA, di mana soal-soal yang diberikan pun melekat dengan PISA. Namun dikarenakan PISA diperuntukkan untuk pelajar berusia 15 tahun, maka format assessment berstandar internasional seperti PISA akan diberikan ke berbagai jenjang pendidikan seperti SD, SMP, dan SMA.

“Jadi ada setiap jenjang mengikuti standar internasional, yaitu PISA dalam pemetaan pendidikan karena UN standarnya lokal, tapi assesment pendidikan kita internasional. Tentu yang dites bukan hanya kognitif saja tapi juga karakter dan pernyataan hal-hal lain yang berhubungan dengan norma, kesehatan mental, kesehatan moral dan kesehatan anak-anak di masing-masing sekolah. Kita mengubah standar penilaian global yaitu PISA,” jelasnya.

BACA JUGA: Prestasi Pelajar Indonesia Terendah di Asia Tenggara

Kedua, menjalankan transformasi kepemimpinan di sekolah. Hal ini dilakukan, agar guru-guru terbaik di seluruh daerah bisa menjadi kepala sekolah. Nantinya, mereka ini akan diberikan fleksibilitas dan otonomi dalam penggunaan anggaran dan teknologi.

“Hal ini untuk meminimalisir beban administrasi mereka, sehingga mereka bisa fokus kepada mentoring guru-guru di dalam sekolah mereka,” kata Nadiem.

Ketiga, meningkatkan kualitas pendidikan profesi guru (PPG), agar dapat mencetak guru yang berkualitas. Untuk itu, Nadiem akan membuka program PPG untuk guru lokal dan internasional sehingga dapat menciptakan alumni-alumni yang lebih baik lagi.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim

“Karena ada banyak guru-guru yang pensiun setiap tahunnya. Jadi pabrik guru kita harus diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya. Pelatihan-pelatihan guru sekarang sifatnya jangan hanya teoritis, tapi praktik. Ada pelatihan dengan sekolah-sekolah yang kualitasnya lebih baik. Jadi bukan hanya seminar, tapi dengan interaksi antara guru dengan guru,” ungkapnya.

Keempat, melakukan tranaformasi pengajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, Nadiem menilai, saat ini banyak silabus dan kebijakan mengajar yang sangat ketat sehingga membuat banyak guru yang tidak bisa mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa.

“Jadi kurikulum harus lebih fleksibel dan sederhana dan orientasi kompetensi serta dibantu juga dengan platform-platform online yang membantu segmenetasi pembelajaran. Jadi semua murid tidak harus mengerjakan tugas yang sama misalnya murid dengan kemampuan yang berbeda mengerjakan proyek yang berbeda,” ujarnya.

Kelima, meningkatkan kemitraan dengan daerah dan berbagai organisasi penggerak. Nadiem percaya bahwa partisipasi masyarakat, organisasi, perusahaan-perusahaan yang mempunyai passion di bidang pendidikan, akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. [gi/ab]