Setelah 35 Tahun, Arab Saudi Mulai Penayangan Film Layar Lebar

Bioskop pertama Arab Saudi di sebuah pusat kebudayaan di Jeddah, 13 Januari 2018. (REUTERS/Reem Baeshen)

Warga Arab Saudi bisa menonton film layar lebar setelah pelarangan beberapa dekade.Akhir pekan lalu, Arab Saudi menayangkan film layar lebar animasi anak-anak di sebuah bioskop sementara, setelah pemerintah mencabut pelarangan penayangan film yang diterapkan selama 35 tahun.

Bioskop permanen baru bisa dibuka paling cepat Maret, sebagai bagian upaya reformasi yang telah membuka pintu untuk penyelenggaraan konser, pertunjukan komedi dan pengemudi perempuan sepanjang setahun terakhir.

Untuk saat ini, pihak berwenang mensponsori tempat-tempat penayangan film sementara, seperti pusat kebudayaan di Jeddah, kota di Laut Merah, yang dilengkapi dengan proyektor, karpet merah dan mesin pembuat brondong jagung.

Para pengunjung tiba untuk menonton film layar lebar pertama di Arab Saudi, 13 Januari 2018.

“Hingga sekarang, belum ada infrastruktur untuk bioskop film. Jadi, kami mencoba untuk memanfaatkan tempat-tempat (alternatif), hingga kurang lebih memenuhi kaidah sinematik,” kata Mamdouh Salim, pemilik Cinema 70, yang menyelenggarakan pemutaran film selama seminggu penuh.

“Kami mencoba menggunakan film-film ini sebagai titik awal untuk penayangan sinematik pertama setelah keputusan pada 11 Desember untuk membuka bioskop film,” kata dia.

Bioskop-bioskop dilarang pada dekade 1980an karena tekanan dari kelompok konservatif. Kondisi ini seiring dengan perubahan masyarakat Arab Saudi yang menjalankan praktek keagamaan yang lebih konservatif, dengan melarang bentuk-bentuk hiburan umum dan bercampurnya laki-laki dan perempuan di ruang publik.

Namun gelombang reformasi yang diusung Putra Mahkota Mohammed bin Salman, 32 tahun, telah melonggarkan berbagai pembatasan itu karena pemerintah mencoba memperluas aktivitas ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada minyak.

Pengunjung sedang menyaksikan film layar lebar pertama di Arab Saudi, Jeddah, 13 Januari 2018.

Untuk tetap menghargai kelompok konservatif, film-film yang akan tayang, tetap akan disensor untuk memastikan tetap mematuhi “nilai-nilai moral kerajaan.”

Setelah menonton The Emoji Movie bersama istri dan anak perempuannya pada Minggu (14/1) malam, Sultan al-Otaibi, 28, mengatakan warga Saudi bahagia bisa menonton film di bioskop, dan bukan di rumah.

“Lebih nyaman, lebih menyenangkan karena perubahan suasana dan aktivitas untuk akhir pekan. Ini langkah yang terlambat, tapi syukur kepada Tuhan, sudah terlaksana sekarang.”

Pihak berwenang berharap akan membuka 300 bioskop dengan 2.000 layar pada 2030, membangun industri yang diharapkan akan menyumbangkan lebih dari 90 miliar riyal (24 miliar dolar) untuk perekonomian dan menciptakan 30.000 lapangan kerja permanen.[fw/au]