Serangan Udara Tewaskan 12 Anak di Afghanistan Timur Laut

Konvoi kendaraan militer Afghanistan dekat pangkalan udara Bagram, di Afghanistan, 9 April 2019. (Foto: Reuters)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sedang menyelidiki tuduhan bahwa serangan udara militer di timur laut Afghanistan telah menewaskan 12 anak dan melukai 18 lainnya di sebuah sekolah agama.

Serangan mematikan di provinsi Takhar terjadi sehari setelah Taliban menyerbu dan menewaskan hampir 40 tentara Afghanistan di sana. Kantor PBB di Kabul dalam cuitan di Twitter, Kamis (22/10), berjanji mereka akan mengeluarkan temuan penyelidikannya terkait serangan itu "setelah rampung."

Kementerian Pertahanan Afghanistan dalam sebuah pernyataan mengatakan semua korban serangan itu adalah pemberontak Taliban. Namun, mengatakan tim kementerian pertahanan telah ditugaskan untuk "meninjau tuduhan-tuduhan" korban sipil akibat aksi tersebut.

Azam Afzali, anggota dewan provinsi Takhar, mengatakan kepada VOA angkatan udara Afghanistan salah mengira masjid sekaligus madrasah itu sebagai tempat persembunyian Taliban. Ia mengatakan mereka yang tewas dan terluka adalah anak-anak yang belajar Pendidikan Islam di fasilitas itu.

Secara terpisah, misi Dukungan Tegas NATO di Afghanistan, Kamis (22/10), mengonfirmasi ledakan bom pinggir jalan di provinsi Kandahar selatan melukai dua tentara Romania. Personel militer, Rabu (21/20), sedang berpatroli ketika alat peledak rakitan menghantam konvoi mereka.

Taliban telah melancarkan serangan besar-besaran di Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir meskipun melangsungkan pembicaraan damai pertamanya dengan perwakilan pemerintah Kabul di Ibu Kota Qatar, Doha, sebulan lalu.

Amerika menjadi perantara dialog bersejarah intra-Afghanistan untuk membantu menemukan penyelesaian untuk konflik tersebut lewat perundingan dan mengakhiri keterlibatan militer Washington di Afghanistan selama 19 tahun, yang terlama bagi Amerika.

Negosiasi Kabul-Taliban itu berasal dari kesepakatan bersejarah yang dibuat oleh pemerintahan Trump dengan para pemberontak pada bulan Februari. Pakta tersebut menyerukan penarikan bertahap pasukan AS dalam waktu 14 bulan dengan imbalan jaminan dari Taliban akan mencegah al-Qaida dan teroris transnasional lainnya beroperasi di wilayah Afghanistan yang dikendalikan pemberontak.

Kesepakatan itu juga mengikat Taliban untuk terlibat dalam pembicaraan damai dengan kelompok-kelompok saingan di Afghanistan guna membahas gencatan senjata permanen dan pengaturan pembagian kekuasaan untuk mengatur Afghanistan pascaperang.

Perjanjian AS-Taliban itu juga mengharuskan pemberontak menghentikan serangan terhadap pasukan Amerika dan sekutunya, sementara militer AS berkomitmen untuk mengurangi serangan udara terhadap Taliban.

Namun, pejabat Taliban dan AS dalam beberapa hari terakhir, saling menuduh melanggar ketentuan perjanjiannya, yang mengancam akan menggagalkan proses perdamaian itu. [my/pp]