Semangat Zakat Sepanjang Tahun

  • Kate Lamb

Dian Alyan, pendiri yayasan GiveLight.

Bagi seorang warga Indonesia di Amerika, berderma kepada fakir miskin tidak hanya berlangsung selama bulan Ramadan.
Lahir di ujung utara pulau Sumatera Indonesia, Dian Alyan punya kenangan indah dari masa kecilnya.

Pada akhir pekan ia menghabiskan waktu bersama kakeknya, seorang pedagang sukses dan ulama Islam yang mengelola sebuah panti asuhan di desa.

Setelah dewasa, Dian pindah ke Jakarta dan kemudian ke Amerika sebagai seorang eksekutif periklanan yang bekerja untuk Proctor and Gamble.

Tetapi setelah semua gemerlapan dan glamor mengelola merek-mereka terkenal secara global dan bekerja dengan orang-orang terpandai dalam dunia periklanan, Dian mengatakan ada sesuatu yang masih kurang.

"Saya merasa seluruh hidup saya adalah tentang promosi, kenaikan gaji berikutnya, sangat terfokus pada hal-hal material dan saya memiliki semua itu, tetapi tidak memuaskan saya," tutur Dian. "Saya butuh waktu sekitar satu tahun untuk akhirnya memutuskan bahwa semua itu bukan lagi yang saya inginkan, jadi saya berhenti begitu saja. "

Mengevaluasi kembali hidupnya setelah pergi ke Mekkah, Dian pulang ke Silicon Valley dan mulai bekerja dengan masyarakat Islam.

Setelah kelahiran putra keduanya, hidup Dian mengalami perubahan yang tak terduga. "Ketika anak saya berumur enam bulan, kedua orang tua saya mengunjungi kami di Amerika dan ketika itulah terjadi tsunami. Itu merupakan saat paling memilukan dalam hidup saya karena saya kehilangan banyak orang," kata Dian.

"Kami tidak tahu di mana mereka berada ketika itu, tetapi bahkan jika kita tidak punya hubungan pribadi dengan bagian dunia itu, kita masih akan merasakan penderitaan manusia di sana. Mungkin karena ketika itu saya baru melahirkan anak kedua, dan melihat anak-anak saya sendiri dan berpikir saya bisa menjadi salah seorang dari orang-orang yang tenggelam di laut sebab itu terjadi di kampung halaman saya," tambahnya.

Kota Banda Aceh beberapa hari setelah dikoyak tsunami di bulan Desember 2004 (foto: dok).

Dipicu oleh salah satu gempa bumi terbesar dalam sejarah, tsunami bulan Desember 2004 itu menewaskan lebih dari 160.000 orang di Aceh saja.

Dihantui oleh kehancuran akibat tsunami, Dian mengatakan ia tahu ia harus berbuat sesuatu lebih dari sekedar menawarkan sumbangan kepada badan amal.

Diilhami oleh kakeknya ia segera mendirikan GiveLight, sebuah organisasi nirlaba kemanusiaan yang membangun panti asuhan untuk membantu korban bencana alam dan kondisi ekstrim seperti kemiskinan dan perang.

Baru-baru ini Dian mengunjungi sebuah panti asuhan di Aceh yang menampung 44 anak. Di sana, ia mengadakan musabaqah tilawatil Quran

Dian memotivasi anak-anak dengan hadiah untuk mendorong bentuk kompetisi yang sehat dan keunggulan akademik.

Dalam kunjungan terakhir ini, Dian merasa bangga ketika salah seorang murid usia 13 tahun berdiri dan menyampaikan pidato seluruhnya dalam bahasa Inggris yang fasih, sementara seorang siswa lain memenangkan beasiswa di sebuah universitas bergengsi di Jawa.

Kini, GiveLight juga mengelola panti asuhan dan badan amal di Haiti, Somalia, Pakistan dan Afghanistan dan berencana akan membuka dua fasilitas lagi di Bangladesh dan Afrika dalam tahun mendatang.