Rouhani Kecam Keras Keputusan Trump Tolak Beri Sertifikasi Kepatuhan Nuklir Iran

Presiden Iran Hassan Rouhani memberikan pernyataan di Teheran, hari Jumat (13/10).

Presiden Iran mengatakan kesepakatan nuklir tidak bisa diubah, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan dia tidak akan memberi sertifikasi kepatuhan Iran dengan Rencana Tindakan Menyeluruh Gabungan atau JCPOA.

Dalam pidato yang disiarkan secara nasional Jumat, menyusul komentar dari Trump, Presiden Iran Hassan Rouhani menyerukan kepada semua pihak agar menghormati komitmen masing-masing. Dia membalas penggambaran Trump bahwa Iran adalah sebuah kediktatoran dan rezim penipu, dan menyebut Trump sebagai pembohong dan diktator.

“Kini Amerika semakin terisolasi dalam kesepakatan nuklir ini,” kata Rouhani.

Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini menyelenggarakan konferensi pers beberapa saat setelah pidato Trump, katanya, Uni Eropa dan masyarakat internasional berkomitmen untuk mempertahankan kesepakatan itu.

“Ini bukan persetujuan bilateral. Ini bukan milik satu negara tunggal. Dan ini tidak bergantung kepada satu negara tunggal untuk membatalkannya,” kata Mogherini.

Dia mencatat bahwa persetujuan multilateral ini secara bulat didukung oleh resolusi 2231 DK PBB.

“Kita sebagai masyarakat internasional tidak bisa, dan sudah pasti Eropa, membongkar sebuah persetujuan nuklir yang sudah jalan dan menghasilkan, khususnya sekarang,” kata Mogherini.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa itu mencatat pula bahwa Badan Energi Atom Internasional atau IAEA telah melakukan verifikasi 8 kali bahwa Iran memenuhi komitmennya sesuai dengan sistem pemantauan menyeluruh dan ketat.

“Tidak ada satupun pelanggaran dari komitmen dalam persetujuan ini,” kata Mogherini.

Dalam pernyataan gabungan PM Inggris Theresa May, Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, mereka prihatin dengan dampak dari keputusan Trump untuk tidak memberi sertifikasi atas kesepakatan nuklir Iran itu. [jm]