Presiden Tandatangani Pungutan Ekspor Kelapa Sawit untuk Danai Biodiesel

Para pekerja menyortir buah kelapa sawit di pabrik pemrosesan di Lebak. (Foto: Dok)

Pungutan tersebut akan mendanai subsidi-subsidi biodiesel yang baru-baru ini diumumkan dan dapat menopang harga sawit jika permintaan biodiesel naik.

Presiden Joko Widodo telah menandatangani aturan yang mewajibkan para eksportir untuk membayar pungutan US$50 per ton minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan $30 untuk pengiriman produk minyak kelapa sawit, menurut para pejabat Rabu (6/5).

Aturan tersebut, yang diumumkan pada akhir Maret, akan mendanai subsidi-subsidi biodiesel yang baru-baru ini diumumkan dan dapat menopang harga sawit jika permintaan biodiesel naik.

"Dana yang didukung CPO ditandatangani oleh Presiden tadi malam," ujar Rida Mulyana, direktur jenderal energi terbarukan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. "Ambang untuk pajak ekspor tidak berubah."

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pada wartawan bahwa pungutan tersebut akan menarik $750 juta per tahun dan mulai berlaku minggu keempat Mei.

Di Malaysia, Menteri Perkebunan dan Komoditas Douglas Uggah Embas mengatakan pejabat pemerintah dan industri akan memberi saran mengenai respon kebijakan.

Ong Keng Wee, analis di Affin Hwang Capital Research, mengatakan kepada Reuters bahwa kebijakan itu "seiring waktu.. akan meningkatkan konsumsi dan mengurangi persediaan, dan hal itu akan membantu harga-harga."

Indeks saham berjangka kelapa sawit di Malaysia naik ke tingkat tertinggi dalam sebulan. Indeks tersebut, yang jatuh hampir 15 persen tahun lalu, ditutup Rabu pada $611 per ton.

Pemerintah Indonesia akan memungut $50 per ton untuk CPO yang dikirim pada tingkat pajak ekspor nol. Ketika harga rata-rata turun ke $750 per ton, pajak ekspor bulanan dihapus.

Pemerintah telah menetapkan penghapusan pajak ekspor CPO sejak Oktober 2014. Pajak tersebut dapat naik ke maksimum 22,5 persen.

Indonesia meningkatkan subsidi-subsidi biodiesel dan meningkatkan konten bio minimum pada bahan bakar solar tahun ini, yang akan membantu mendongkrak permintaan minyak kelapa sawit dan mengurangi impor bahan bakar yang mahal.

Konsumsi biodiesel tahun ini diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan yang ditargetkan karena penundaan dalam pemberlakuan aturan baru. Konsumsi diperkirakan pada 3,5 juta kiloliter pada 2015, turun dari target awal 5,3 juta, ujar Mulyana.

Sebelum perubahan baru-baru ini, produksi CPO Indonesia naik 7 persen ke 31,5 juta ton, dengan ekspor jatuh 500.000 ton sampai 19,5 juta, menurut estimasi-estimasi industri.

Perusahaan-perusahaan minyak kelapa sawit besar yang beroperasi di Indonesia termasuk PT Sinar Mas Agro Resources and Technology, Sime Darby dari Malaysia dan Wilmar International Ltd berbasis di Singapura.

Pemerintah juga berencana mengurangi pajak ekspor CPO untuk membantu mengimbangi biaya untuk perusahaan-perusahaan dalam pemberlakuan pungutan-pungutan ekspor, menurut seorang pejbat senior Menteri Keuangan.