Presiden Nigeria Serukan Pemuka Agama Tak Nodai Kesucian Tempat Ibadah

Polisi berjaga-jaga sementara massa menunggu di luar pengadilan di Kaduna, Nigeria (20/4).

Presiden Jonathan menyerukan tempat ibadah tidak digunakan untuk menyampaikan pesan yang berakibat kebencian dan perpecahan, menyusul pertikaian pasca pemilu negara itu.

Presiden Jonathan mengatakan beberapa wilayah yang bermasalah di Nigeria Utara yang menyebabkan ribuan orang mengungsi telah kembali aman. Dia mengatakan pemungutan suara putaran terakhir untuk pejabat pemerintah negara bagian akan dilaksanakan sesuai jadwal-dengan kemanan yang diperketat.

“Saya telah memerintahkan penambahan pasukan keamanan ke wilayah yang bermasalah. Saya juga mengarahkan peningkatan keamanan di seluruh wilayah Nigeria. Saya memberi wewenang kepada pasukan keamanan untuk menangani segala tindak kekerasan terhadap setiap orang secara tegas,” ujar Jonathan.

Pertikaian terakhir bermula hari Senin ketika pendukung calon presiden yang kalah dari kelompok Muslim, Muhamadu Buhari menyerang gereja, rumah-rumah dan kantor polisi di Nigeria Utara, menyulut serangan balasan dari kelompok Kristen.

Buhari mengatakan, ada kecurangan dalam pemilihan Presiden Jonathan lewat komputer komisi pemilihan. Pengamat independen mengatakan pemilu umumnya berlangsung bebas dan adil.

Buhari mengutuk kekerasan itu dan meminta pendukungnya sabar sementara ia mengajukan banding atas hasil pemilu ke pengadilan. Dia juga menginginkan warga mengikuti pemilu negara bagian, dan mengatakan adalah kesalahan bagi pendukungnya apabila mereka merusak kartu pemilih karena frustrasi.

Ia mengatakan,“ Saya menghimbau anda untuk menyimpan dan menjaga kartu itu dan keluarlah berbondong-bondong hari Selasa untuk memberi suara, dan permalukan penindas anda yang mencuri suara anda. Kalau anda tidak melakukannya, semua usaha anda akan sia-sia.”

Dalam pidato kepada bangsanya, Presiden Jonathan mengatakan akan ada komisi yudisial untuk menyelidiki apa yang disebutnya sebagai tindakan kekerasan oleh pengecut yang mirip dengan kejadian sebelum perang sipil Biafran di negara itu pada penghujung tahun 1960-an.

Selanjutnya, Jonathan mengatakan, “Kita terkejut atas kejadian yang buruk ini yang terjadi di tengah bangsa kita. Kekacauan ini lebih dari sekedar demonstrasi politik. Jelas sekali mereka bertujuan mengganggu pemilu yang tersisa. Ini tak dapat diterima."

Presiden Jonathan mengingatkan mengenai Pemilu tahun 1993 yang dibatalkan oleh penguasa militer yang membawa Nigeria ke tepi jurang dan kelihatannya beberapa orang mencoba membangkitkan kembali kebuntuan politik itu.

Jonathan menegaskan, “Saya berseru kepada pemuka agama untuk tidak menggunakan kesucian tempat ibadah untuk memyampaikan pesan yang berakibat kebencian, perpecahan dan ketidaksenangan."

Palang Merah mengatakan kekacauan pasca pemilu itu telah melukai 410 orang dan 40.000 orang lainnya mengungsi. Laporan media menyebutkan sedikitnya 50 orang tewas akibat kekerasan itu, meskipun pejabat pemerintah dan lembaga kemanusiaan menolak mengeluarkan angka kematian karena takut hal itu akan memicu serangan balasan.