Politisi Perempuan Turki Tantangan Besar untuk Erdogan

  • Dorian Jones

Meral Aksener, mantan menteri dalam negeri dan penantang utama kepemimpinan di Turki, dalam kampanye di Ankara, Turki (15/5). (AP/Burhan Ozbilici)

Meral Aksener, yang selalu menarik massa dalam turnya di Turki, dapat menjadi tantangan besar untuk presiden saat ini.

Dalam turnya ke wilayah Laut Hitam di Turki, Meral Aksener menarik perhatian massa yang ingin mendengar pesannya mengenai revitalisasi Partai Aksi Nasionalis (MHP).

Wilayah itu adalah benteng pertahanan nasionalisme Turki dan suatu kali sempat menjadi basis kekuatan MHP. Namun dalam pemilihan umum baru-baru ini, partai nasionalis itu menyaksikan suaranya dikanibalisasi oleh partai Presiden Recep Tayyip Erdogan yang berkuasa, AKP.

Kadri Gursel, kolumnis surat kabar Cumhuriyet dan laman Al-Monitor, mengatakan jika Aksener berhasil dalam upayanya menumbangkan pemimpin MHP Devlet Bahceli, ia dapat merevolusi keberuntungan partai.

Suara MHP jatuh dalam pemilu November, kehilangan setengah kursi dan hampir tidak mencapai ambang batas suara untuk masuk ke parlemen. Banyak dari pendukungnya membelot ke AKP, membantu partai yang berkuasa itu mengamabkan mayoritas besar.

Meral Aksener saat menjadi Wakil Ketua Parlemen, di Ankara, Turki, 2014.

Aksener menjabat dalam pemerintahan kanan-tengah tahun 1990an, yang membuatnya ancaman potensial untuk Erdogan dan AKP, ujar Atilla Yesilada, analis Global Source Partners.

"Ancaman nyata untuk Erdogan akan datang dari kanan-tengah. Dan Meral Aksener memiliki kredensial yang sangat kuat. Ia bekas menteri dalam negeri, pejabat publik saat pasukan angkatan darat dan keamanan membersihkan PKK dari Turki, jadi dia perempuan yang sangat tangguh. Dan para jurnalis yang mengikuti jejaknya di Anatolia melaporkan ketertarikan yang besar. Konvoi besar menyambutnya ke manapun ia pergi -- sampai 400, 450 kendaraan."

Kontroversi

Namun tantangan kepemimpinan Aksener menghadapi kontroversi, karena pemimpin MHP saat ini akan maju ke pengadilan untuk menghalanginya mengadakan konferensi partai darurat.

Para pengamat mengatakan ada kecurigaan-kecurigaan bahwa Erdogan ada di belakang serangkaian penundaan hukum, sampai pengadilan administrasi tertinggi negara itu akhirnya memutuskan konferensi harus diadakan.

Erdogan sedang berupaya memperpanjang kekuasaannya lewat referendum atau mengamankan mayoritas dua pertiga parlemen dalam pemilu dipercepat. Pengamat mengatakan masing-masing skenario ini bergantung pada MHP yang lemah dan patuh. [hd]