Polisi Afsel Gerebek Rumah Pekerja Tambang yang Mogok

Polisi Afrika Selatan menangkapi sekelompok pekerja tambang selagi berpatroli dekat Tambang Platina Lonmin di Marikana (foto, 15/9/2012).

Polisi Afrika Selatan menggerebek rumah-rumah para pekerja tambang yang mogok dekat tambang platina Lonmin di kota Marikana.
Polisi Afrika Selatan menggerebek rumah-rumah para pekerja tambang yang mogok hari Sabtu, menembakkan gas air mata dan peluru karet ke wilayah miskin dekat tambang platina Lonmin di Marikana. Juru bicara kepolisian Afrika Selatan membenarkan adanya operasi penggerebekan itu.

Tindakan itu dilakukan setelah adanya peringatan keras dari Pemerintah Afrika Selatan bahwa mereka tidak lagi akan membiarkan kekerasan dan gertakan setelah pemogokan lima minggu dan bentrokan yang kadang-kadang menelan korban jiwa.

Lebih dari 45 orang tewas dalam beberapa minggu kekerasan terkait sengketa upah di pertambangan itu, sekitar 100 kilometer dari Johannesburg.

Juru bicara kepolisian di wilayah itu, Thulani Ngubani, mengatakan tujuan tindakan polisi adalah untuk melucuti para pekerja tambang dan memulihkan perdamaian serta stabilitas di sekitar Marikana. Ia mengatakan, polisi menemukan senjata-senjata dan menyitanya.

Rehad Desai dari kelompok Kampanye Solidaritas Marikana mengatakan, polisi mula-mula mendatangi komunitas itu Jumat malam dan menyita senjata-senjata tradisional yang berupa tongkat milik para pekerja tambang dan menangkap delapan orang. Hari Sabtu, ia mengatakan, ratusan polisi yang didukung militer memasuki wilayah itu.

Ia mengatakan, polisi, menembakkan peluru-peluru karet, mencederai orang-orang, termasuk wakil Partai Kongres Nasional Afrika (ANC) setempat.

“Hari ini, dari laporan yang kami terima dari penduduk, enam orang ditembak dengan peluru karet dan cedera, dan telah dibawa ke rumah sakit. Lima di antaranya dilarikan ke rumah sakit, salah satunya cedera parah, ia adalah wakil ANC setempat, seorang perempuan. Dua di antara korban adalah perempuan, salah satunya wakil ANC setempat,” paparnya.

Desai mengatakan kampanye solidaritas kelompoknya bertujuan untuk memberi keadilan bagi para keluarga korban yang tewas, melindungi hak pekerja untuk mogok dan mendukung tuntutan mereka untuk kenaikan upah. Ia mengatakan, kelompoknya menentang tindakan polisi.

“Apa yang dilakukan pemerintah adalah menyatakan perang terhadap para pekerja tambang platina. Mereka, sesungguhnya, mengatakan kita tidak punya hak untuk menarik para buruh, dan ingin memastikan kita tidak bisa berdemonstrasi jika kita melakukan mogok tanpa izin,” tambahnya.

Pemogokan itu sangat berdampak pada pasar platina dan produktivitas Lonmin, dan kondisi di lapangan tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir setelah para pekerja tambang menampik tawaran awal kenaikan upah hari Jumat.

Para pekerja tambang itu menuntut kenaikan dari sekitar 500 dolar sebulan menjadi sekitar 1.500 dolar. Tawaran awal Lonmin hari Jumat jauh lebih sedikit.

Asosiasi Serikat Pekerja Tambang dan Konstruksi, serikat buruh yang memulai pemogokan itu, mengatakan, situasi itu memanas dan mereka sekarang menginginkan Presiden Jacob Zuma mengadakan pertemuan tingkat tinggi.