Philip Morris Bermitra dengan 2 Pemasok Tembakau AS

Pekerja memanen daun tembakau di Odzi, Zimbabwe.

Philip Morris International yang melarang para pemasok tembakau membuat pekerja di bawah 18 tahun melakukan tugas-tugas paling berbahaya, termasuk memanen tembakau.

Philip Morris International Inc. mengumumkan Rabu (5/11) bahwa perusahaan itu telah bermitra dengan dua pemasok tembakau AS untuk membeli tembakaunya, bukannya bekerjasama secara langsung dengan para petani.

Produsen Marlboro dan merk rokok lainnya itu mengatakan persetujuan dengan Universal Corp. yang berbasis di Virginia dan Alliance One International Inc. di North Carolina itu akan berlaku mulai April dan akan membantu perusahaan "mencapai efisiensi rantai pasokan penting sambil tetap menjadi pemberli besar tembakau yang ditanam di AS."

Philip Morris International, yang berbasis di New York dan Swiss, telah bekerja sama dengan Universal dan Alliance One untuk membeli tembakau di seluruh dunia. Menurut lamannya, lebih dari 70 persen tembakau Philip Morris International didapat dari Brazil, Turki, AS, Malawi, Indonesia, China, Argentina, Filipina, Mozambik dan Tanzania.

Langkah tersebut juga akan mewajibkan para pemasok tembakau untuk mematuhi kebijakan Philip Morris International yang melarang pekerja di bawah 18 tahun melakukan tugas-tugas paling berbahaya, termasuk memanen tembakau.

Perusahaan mengizinkan anak-anak bekerja dengan bibit atau menyortir daun tembakau kering, namun mungkin akan melarang aktivitas-aktivitas itu tergantung situasi.

Pada Mei, Human Rights Watch melaporkan adanya anak-anak yang bekerja di perkebunan-perkebunan tembakau di AS. Hampir tiga perempat anak-anak yang diwawancara oleh kelompok pemantau HAM itu melaporkan mengalami muntah, mual dan sakit kepala saat bekerja di perkebunan tembakau. Gejala-gejala tersebut konsisten dengan keracunan nikotin, atau sering disebut Green Tobacco Sickness, yang terjadi ketika para pekerja menyerap nikotin lewat kulitnya ketika berurusan dengan tanaman tembakau. (AP)