Perdana Menteri Kanada Umumkan RUU ‘Pembekuan’ Kepemilikan Pistol

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berbicara dalam konferensi pers mengenai pembatasan kepemilikan senjata api di kantor parlemen Kanada di Ottawa pada 30 Mei 2022. (Foto: Reuters/Blair Gable)

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pada Senin (30/5) mengumumkan usulan pembekuan kepemilikan pistol di Kanada, yang secara efektif akan melarang impor dan penjualan senjata api tersebut, menyusul penembakan massal baru-baru ini yang terjadi di negara tetangga mereka Amerika Serikat.

Rancangan undang-undang (RUU) itu masih harus disahkan oleh Parlemen, di mana Partai Liberal, partai pemerintah, hanya menjadi minoritas.

“Kami mengajukan rancangan undang-undang untuk mengimplementasikan pembekuan kepemilikan pistol secara nasional,” kata Trudeau dalam konferensi pers yang diikuti oleh puluhan keluarga dan teman dari korban kekerasan bersenjata yang terjadi di Kanada.

BACA JUGA: Biden: Pembunuhan Massal Membuat Penentang Aturan Pengendalian Senjata Api juga Inginkan Pembatasan Baru

“Artinya, tidak lagi mungkin membeli, menjual, mentransfer atau mengimpor pistol di mana pun di Kanada,” katanya. “Dengan kata lain, kami membatasi pasar untuk pistol.”

Beberapa hari setelah penembakan massal terburuk di Kanada, yang menewaskan 23 orang di pedesaan Nova Scotia pada April 2020, pemerintah setempat melarang 1.500 jenis senjata api serbu dan tingkat militer dan menawarkan program wajib pembelian kembali yang akan dimulai pada akhir tahun. Trudeau mengatakan jika seseorang benar-benar ingin menyimpan senjata serbu mereka, maka senjata itu akan dibuat tidak bisa dioperasikan sama sekali.

Trudeau mengakui pada Senin bahwa kasus kekerasan bersenjata terus meningkat.

Badan statistik pemerintah Kanada pekan lalu melaporkan bahwa persentase kejahatan kekerasan terkait senjata api di negara itu kurang dari tiga persen dari keseluruhan tindak kejahatan kekerasan di Kanada.

Sejumlah polisi tengah menginvestigasi sebuah insiden penembakan di Ottawa, Ontario, Kanada, pada 8 Januari 2020. (Reuters/Patrick Doyle)

Akan tetapi, sejak 2009, jumlah kasus per kapita di mana senjata diarahkan kepada seseorang hampir meningkat tiga kali lipat, sementara jumlah kasus kekerasan yang melibatkan senjata dengan tujuan membunuh atau melukai meningkat sebanyak lima kali lipat.

Hampir dua per tiga kasus senjata api di daerah perkotaan melibatkan pistol.

Polisi seringkali menyoroti penyelundupan senjata dari Amerika Serikat – yang terguncang setelah penembakan massal di sekolah dasar di Texas dan di pasar swalayan di negara bagian New York – sebagai sumber utama pasokan pistol.

Menteri Keamanan Masyarakat Kanada, Marco Mendicino, memperkirakan terdapat sekitar satu juta pistol di negara itu – meningkat tajam dari jumlah yang beredar pada sepuluh tahun lalu.

Trudeau mengatakan, “Orang-orang seharusnya bebas pergi ke pasar swalayan, sekolah atau tempat ibadah tanpa rasa takut. Orang-orang seharusnya bebas jalan-jalan ke taman atau menghadiri pesta ulang tahun tanpa khawatir akan peluru nyasar.


“Kekerasan bersenjata adalah masalah kompleks,” ujarnya. “Namun pada akhirnya, matematikanya cukup sederhana: semakin sedikit senjata api di tengah masyarakat, maka semakin aman pula semua orang.”

RUU itu juga akan melucuti izin kepemilikan senjata api bagi siapa saja yang terlibat kasus kekerasan dalam rumah tangga atau melakukan penguntitan, serta mengambil senjata api dari mereka yang dianggap berisiko bagi diri sendiri atau orang lain, serta memperkuat keamanan perbatasan dan hukuman pidana perdagangan senjata.

RUU itu juga akan melarang kepemilikan magasin senjata laras panjang yang mampu menampung lebih dari lima peluru.

Trudeau telah lama memiliki rencana untuk memberlakukan undang-undang kepemilikan senjata api yang lebih ketat, tetapi pengenalan RUU baru itu disampaikan setelah terjadi penembakan massal di Uvalde, Texas, dan Buffalo, NY, bulan ini. [rd/rs] [lt/uh]