Perdagangan 5 Produk Unggulan Indonesia di AS Tetap Tumbuh di Masa Pandemi

  • Fathiyah Wardah

Gedung KBRI di Washington, D.C. (courtesy: KBRI Washington DC). Selama masa pandemi, Indonesia akan mencari produk-produk baru yang bisa bersaing di pasaran Amerika, seperti outdoor furniture (mebel luar ruangan), mixer, dan matras. 

Pandemi Covid-19 tidak merontokkan perdagangan lima produk unggulan Indonesia di Amerika. Hal tersebut diungkapkan Duta Besar Indonesia untuk Amerika, Muhammad Lutfi.

Dalam sambutannya di pertemuan bisnis Indonesia-Amerika Serikat yang digelar secara virtual pada Jumat (9/10), Duta Besar Indonesia untuk Amerika Muhammad Lutfi mengatakan pandemi Covid-19 tidak merontokkan perdagangan lima produk unggulan Indonesia di negara adikuasa itu. Kelima produk unggulan tersebut, pakaian (apparel), karet, alas kaki, elektronik, dan mebel (furnitur), tetap tumbuh walau perekonomian global lesu akibat Covid-19.

Temu bisnis Indonesia-Amerika ini diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri dan Komite Amerika Serikat di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Acara tersebut dihadiri oleh 46 perusahaan Amerika dan 47 perusahaan Indonesia yang berbisnis di lima sektor unggulan, yakni pakaian, karet, alas kaki, elektronik, dan mebel.

"Produk-produk ini memperoleh momentum di kuartal pertama tahun ini. Nilai perdagangan Indonesia (dengan Amerika Serikat) tumbuh 7,7 persen di kuartal pertama. Namun kita memiliki sejumlah kesulitan terkait aturan menjaga jarak di negara ini. Sehingga performa perdagangan kita pada 2020 hampir sama dengan 2019 walau ada pandemi Covid-19," kata Lutfi.

Paviliun Indonesia "Archipelageek" di Konferensi dan Festival South by Southwest (SXSW) di Austin, Texas. (Foto courtesy: Bekraf).

Kenaikan nilai perdagangan di kuartal pertama itu, lanjut Lutfi, menunjukkan Indonesia mempunyai kesempatan untuk terus meningkatkan nilai perdagangannya dengan Amerika Serikat. Karena itu, tambahnya, selama masa pandemi, Indonesia akan mencari produk-produk baru yang bisa bersaing di pasaran Amerika, seperti outdoor furniture (mebel luar ruangan), mixer, dan matras.

Melalui pertemuan bisnis virtual ini, Lutfi mengharapkan akan ada tahap selanjutnya yakni kesepakatan bisnis antara produsen dari Indonesia dengan distributor di Amerika. Hal ini, katanya,sangat penting untuk menaikkan nilai perdagangan Amerika dengan Amerika.

Indonesia sangat berharap termasuk dalam sedikit negara yang diberikan fasilitas bebas tarif bea masuk oleh Amerika (generalized system of preference/GSP). Saat ini, Indonesia tengah menunggu hasil kajian yang dilakukan oleh pemerintah Amerika melalui the United States Representative (USTR) terkait pemberian fasilitas GSP. Sebanyak 14,9 persen ekspor Indonesia ke Amerika menggunakan fasilitas tersebut.

GSP adalah program unilateral pemerintah Amerika berupa pembebasan tarif bea masuk ke pasar negara itu. Sekarang ini Amerika memberikan fasilitas GSP kepada 121 negara dengan total 5.062 pos tarif 8 digit. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.572 pos tarif Indonesia mendapatkan fasilitas GSP.

Pada kesempatan itu, Wakil Ketua Kadin (Kamar Dagang Indonesia ) Shinta Wijaya Kamdani mengakui Amerika Serikat merupakan mitra dagang terpenting bagi Indonesia. Dia menambahkan Amerika masih menjadi tujuan ekspor kedua terbesar produk-produk asal Indonesia setelah ke China.

Shinta menyebutkan tahun ini volume ekspor Indonesia sekitar 10-12 persen dari total ekspor ke seluruh dunia.

Paviliun Indonesia memamerkan produk kreatif unggulan dalam ajang NYNOW 2019 di kota New York, AS. (Foto:VOA/Naratama).

Indonesia juga mesti meningkatkan daya saing ekspor ke Amerika untuk meminimalisir kerugian. Untuk saat ini, lanjut Shinta, Indonesia perlu tetap fokus pada lima sektor unggulan ekspor ke Amerika, yaitu pakaian, karet, alas kaki, elektronik, dan mebel.

Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengungkapkan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Muhammad Lutfi membawa surat dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ditujukan kepada USTR, yang isinya tentang Indonesia telah mengikuti semua langkah dan menyelesaikan beberapa isu yang diminta USTR dalam kajian fasilitas GSP terhadap Indonesia.

Mahendra berharap Indonesia akan menerima kabar baik dari USTR, yakni tetap bisa masuk dalam daftar negara penerima fasilitas GSP yang hasil kajiannya akan dirilis beberapa minggu lagi.

Wamenlu Mahendra Siregar dalam diskusi publik "Damai untuk Damai", 4 Januari 2020. (Foto: dok).

"Kami percaya kami akan terus mendapat fasilitas GSP yang diberikan bagi ekspor kita ke Amerika Serikat. Itu artinya kami siap melangkah ke level berikutnya yang disebut perjanjian perdagangan terbatas, yang akan lebih luas dalam hal cakupan, jenis barang, termasuk teknologi digital dan beberapa isu terkait dengan hak kekayaan intelektual," tutur Mahendra.

Total nilai perdagangan antara Indonesia dan Amerika tahun lalu sebesar US$ 271 miliar, dengan nilai ekspor Indonesia US$ 17,8 miliar dan nilai impor dari Amerika US$ 9,3 miliar. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan Amerika. [fw/ab]