Pemerintah Klaim Dampak Corona Terhadap Ekonomi Tidak Separah Negara Lain

Suasana lengang di sekitar bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, saat diberlakukannya PSBB di tengah pandemi Covid-19, 24 Mei 2020.

Perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan lebih baik dibanding negara-negara lain akibat terhantam Covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim, meskipun diperkirakan akan negatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain.

Pada kuartal-II tahun ini diperkirakan negara-negara maju akan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonominya sebanyak minus dua digit. Perempuan yang akrab dipanggil Ani ini mencontohkan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal ini minus 10 persen, sementara Inggris minus 15 persen, Jerman 17 persen.

Pertumbuhannya ekonomi Jepang diperkirakan bisa mencapai minus delapan persen, sementara India yang biasanya mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi diprediksi akan mengalami kontraksi hingga minus 12 persen.

“Inilah yang menjadi tantangan bagi kita semua, bahwa Indonesia akan terpengaruh karena kita melakukan berbagai langkah-langkah pencegahan Covid dalam bentuk PSBB, atau berbagai langkah-langkah yang kemudian mempengaruhi ekonomi kita di kuartal II. Estimasi kami di Kemenkeu negatifnya 3,8 persen bandingkan dengan tadi negara-negara maju atau bahkan India, dan Singapura pun 6,8 persen. Namun ini estimasi yang berbasiskan indikator-indikator yang kita bisa track,” ujar Ani dalam telekonferensi pers, di Jakarta, Selasa (30/6).

BACA JUGA: Untuk Pulihkan Ekonomi Nasional, Pemerintah Tempatkan Uang Negara di Bank Umum

Sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan sektor yang paling terpukul, karena aktivitas perekonomian yang membutuhkan kehadiran fisik mendadak terhenti selama kurang lebih tiga bulan. PHK secara massal pun tidak terhindarkan dan daya beli masyarakat juga menurun. Hanya mereka yang bisa mengalihkan kegiatan usahanya ke dunia online yang sebenarnya bisa bertahan, namun jumlahnya tidak signifikan kata Ani.

Sri Mulyani Respon Penyerapan Anggaran Kesehatan yang Masih Rendah

Pada sidang kabinet (18/6) lalu Presiden Joko Widodo melontarkan kekesalannya karena penyerapan anggaran kesehatan untuk penanganan Covid-19 sampai saat ini baru 1,53 persen. Dalam kesempatan ini, mantan Managing Director World Bank ini menyebut bahwa penyerapan dan tanggung jawab anggaran kesehatan tersebut tidak hanya terletak di Kementerian Kesehatan saja.

BACA JUGA: Kecewa dengan Kinerja Menteri, Jokowi Ancam Langsungkan Reshuffle

“Jadi dalam hal ini ada yang berpersepsi, oh anggaran kesehatan baru cair sedikit seolah-olah itu hanya tanggung jawab Kemenkes, sebenarnya tidak juga.” ujarnya.

Dijelaskannya, selain ke Kemenkes, anggaran kesehatan yang ditambah menjadi Rp87,5 triliun ini disalurkan ke berbagai pihak seperti Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 baik di pusat maupun daerah. Anggaran itu juga digunakan untuk pembelian alat pelindung diri (APD) pada tahap awal, upgrading berbagai rumah sakit (RS), dan juga untuk BPJS Kesehatan.

“Karena memang banyak jalurnya dari Rp87,5 triliun ini ada dalam bentuk insentif pajak, yang itu diberikan langsung kepada RS untuk jasa kesehatan. Namun kita akan tracking, karena semakin dia itu bisa digunakan atau dilakukan belanja itu kepada pihak-pihak yang memang membutuhkan, kita berharap maka dampaknya untuk mengatasi ekonomi terutama bidang kesehatan jadi lebih baik, sehingga kemungkinan kita memulihkan kondisi sosial ekonomi menjadi lebih besar,” paparnya.

Tambahnya, anggaran bantuan sosial (bansos) juga tidak akan bisa langsung terserap 100 persen. Pasalnya, pembagian bansos tersebut dilakukan per bulan sampai Desember mendatang kepada kurang lebih 30 juta penduduk yang membutuhkan dalam program keluarga harapan (PKH).

“Jadi sebetulnya, pencairan ya gak akan 100 persen sekarang ini, tapi akan bertahap sampai akhir tahun tiap bulannya ada kemajuan. Kemudian diskon listrik untuk rumah tangga itu juga secara langsung setiap bulan langsung dinikmati oleh lebih dari 27 juta masyarakat dalam bentuk yang 450 VA dia gratis dan yang 900 VA dia dapat diskon 50 persen,” ujarnya.

Kasus Corona di Indonesia Capai 56.385

Juru bicara penanganan kasus virus corona Dr Achmad Yurianto melaporkan pada Selasa (30/6) Indonesia kini memiliki 56.385 kasus Covid-19, setelah ada penambahan 1.293 kasus baru hari ini.

Angka kasus positif Covid-19 terbanyak hari ini masih disumbang dari provinsi Jawa Timur sebanyak 331 kasus baru.Sampai (30/6) kasus positif di Jawa Timur mencapai 12.136 kasus. Jumlah kasus tersebut merupakan angka tertinggi di antara provinsi lainnya di Indonesia.

Yuri juga mengumumkan ada 1.006 pasien yang sudah diperbolehkan pulang hari ini, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 24.806. Tingginya tingkat kesembuhan masyarakat dari Covid-19 menunjukkan optimisme untuk bisa melawan virus ini. Bahkan di beberapa provinsi, seperti Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, DI Yogyakarta, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan Kepulauan Riau, tingkat kesembuhannya sudah mencapai 80 persen.

“Angka persentase sembuh global di tingkat dunia adalah 50,3 persen. Artinya, begitu banyak provinsi kita yang sekarang mencapai angka kesembuhan di atas 80 persen,” ujarnya.

Jumlah kematian masih terus meningkat. Sebanyak 71 orang meninggal dunia, sehingga jumlah total penderita yang meninggal pun menjadi 2.876.

Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) kini 43.797, sementara jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) 13.182 . [gi/ab]