Pemerintah akan Tingkatkan Penggunaan Teknologi Pertanian

  • Fathiyah Wardah

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjoj. (Foto: VOA/Fathiyah)

Pemerintah Indonesia akan terus meningkatkan penggunaan teknologi mutakhir di sektor pertanian. Hal ini untuk menaikkan produktivitas serta merangsang generasi muda agar berminat berbisnis di bidang pertanian .

Kepada wartawan usai pembukaan Konferensi Regional mengenai Penguatan Keamanan Pangan di Asia Tenggara yang digelar di Jakarta, Kamis (4/4), Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan penggunaan teknologi mutakhir, termasuk teknologi informasi, di bidang pertanian memang sangat penting.

Amran mencontohkan dengan penggunaan teknologi informasi dapat mengurangi perbedaan harga komoditas dari petani ke konsumen. Dia mencontohkan harga bawang saat ini di lapangan Rp15 ribu per kilogram, namun setelah sampai di perkotaan mencapat Rp 50 ribu tiap kilogram.

Your browser doesn’t support HTML5

Pemerintah Akan Tingkatkan Penggunaan Teknologi Pertanian

Amran menambahkan penggunaan peralatan moderen di setor pertanian akan diterapkan mulai dari sektor hulu hingga hilir, sejak pengolahan tanah sampai panen. Dia menekankan penggunaan alat-alat moderen di bidang pertanian sudah meningkat.

Meski begitu, Amran mengakui penggunaan teknologi moderen di sektor pertanian memang mengurangi jumlah petani tetapi yang lain bisa bekerja di bagian lain.

"Tetapi kita melakukan transformasi sosial. Contohnya dulunya kerja petani harus empat orang satu hektare. Dulu satu orang butuh 25 hari, sekarang tiga jam panen. Nah tenaga dua ini mengerjakan yang lain, pembibitan, pelihara ayam, atau di hilir dia bekerja," kata Amran.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengklaim masyarakat desa sebenarnya lebih senang tinggal di desa kalau memang di sana ada kesempatan untuk berusaha atau bekerja. Karena itu, dengan adanya dana desa, hal tersebut dapat menciptakan beragam peluang di pedesaan, seperti desa wisata, desa pertanian, dan sebagainya.

"(Alokasi dana desa ke) pertanian langsung tidak, tapi di infrastruktur pertaniannya, seperti irigasi, jalan, mebung, itu mereka lakukan," ujar Eko Putro.

Menurut Eko Putro, jumlah urbanisasi ke Jakarta sekarang makin berkurang. Dia menambahkan buat mengurangi urbanisasi, pemerintah juga akan menciptakan lapangan-lapangan kerja baru di sektor wisata dan bidang-bidang yang memiliki nilai tambah di pedesaan.

Dengan adanya teknologi, 4.0, lanjutnya, banyak anak muda terjun ke bidang ekonomi kreatif, seperti membuka rantai pasokan produk pertanian lewat Internet.

Menurut Perwakilan Regional FAO untuk Asia dan Pasifik Kundhavi Kadiresan, keluarga petani merupakan segmen terpenting dalam komunitas pertanian secara global. Saat ini terdapat setengah miliar petani di seluruh dunia dan lebih dari 80 persen masyarakat pedesaan memiliki usaha pertanian keluarga.

Seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk Bumi, Kundhavi mengatakan semua pihak terkait harus memastikan kontribusi keluarga petani dapat menjamin keamanan pangan global. Tapi di saat yang sama, keluarga petani merupakan tulang punggung dari sektor pertanian, terutama di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Kundhavi mengakui kian banyak anak-anak muda bermigrasi ke kota-kota. Generasi muda ini juga tidak tertarik mengandalkan peluangnya pada sektor pertanian karena mereka melihat tidak ada peluang yang bagus di bidang tersebut.

Apalagi jika dikaitkan dengan perubahan iklim, lanjutnya, pertanian bukan sektor bisnis yang dapat diandalkan.

"Kita perlu membuat produktivitas di bidang pertanian meningkat. Kita juga memerlukan teknologi dan inovasi baru. Generasi muda suka dengan hal-hal menarik. Jadi kalau ingin anak-anak muda terjun ke binis pertanian, maka kita harus memastikan, bahkan di tingkat keluarga petani kecil, memakai teknologi baru dan moderen," tutur Kundhavi.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalm pembukaan Konferensi Regional mengenai Penguatan Keamanan Pangan di Asia Tenggara yang digelar di Jakarta, Kamis (4/4). (Foto: VOA/Fathiyah)

Karena itu, Kundhavi mengatakan pemerintah harus mengeluarkan berbagai aturan dan kebijakan yang mengizinkan sektor swasta untuk terlibat lebih luas di sektor pertanian.

Ketika menghadiri acara silaturahmi bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Perkumpulan Penggiling Padi, dan Pengusaha Beras Indonesia (Peradi) kemarin di GOR Diponegoro, Sragen, Presiden Joko Widodo berbincang langsung dengan beberapa petani dan penjual pupuk tentang masalah yang ada di bidang pertanian, salah satunya terkait proses pengeringan padi yang masih menggunakan cara tradisional.

Jokowi menghimbau penggunaan teknologi dalam bidang pertanian dewasa ini merupakan suatu kewajiban. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas hasil pertanian itu sendiri. [fw/ab]