Pekerja China: Bukan 996 Tapi 955

Yang Juan, karyawan Goopal Group di Beijing, China, tidur siang di kursinya setelah makan siang, 21 April 2016. (REUTERS/Jason Lee)

Laman itu sendiri sebetulnya online spreadsheet yang mendokumentasikan jam kerja di berbagai industri yang bisa diakses siapapun. Laman publik itu merupakan bagian dari kampanye “Worker Lives Matter”, yang menyoroti pentingnya memperhatikan kesejahteraan fisik dan mental pekerja.

Diorganisasikan empat kreator milenial yang merahasiakan identitas mereka, dokumen ini dimulai sebagai alat berbagi informasi untuk membantu para pencari kerja mengevaluasi penawaran kerja. Banyak netizen yang menanggapi dan mencatatkan jadwal kerja perusahaan mereka.

Rinciannya termasuk nama perusahaan, departemen, posisi, kota, waktu kerja, waktu makan, hari kerja, dan tuntutan pekerjaan. Ini mencakup berbagai industri seperti teknologi, keuangan, real estat, arsitektur, dan pendidikan.

Meskipun dapat dibaca, dokumen tersebut tidak dapat diedit sembarangan. Netizen masih dapat merevisinya dengan mengirimkan informasi melalui formulir online.

Suasana di pusat teknologi Zhongguancun, Beijing, China, 23 Agustus 2021. (REUTERS/Tingshu Wang)

Menurut salah satu dari empat kreatornya, proyek ini telah menjadi upaya kolektif untuk membuat jam kerja lebih transparan dan menyatukan kaum muda melawan budaya lembur yang tidak masuk akal.

“Ini bukan hanya proyek berbagi informasi tetapi upaya sosial. Kami berharap dapat memberikan kontribusi tertentu untuk melarang 996 dan mempopulerkan 955,” katanya di Zhihu, sebuah platform di China yang mirip Quora.

Budaya kerja 996 yang terkenal di China mengharuskan karyawan untuk bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, enam hari seminggu. Orang-orang muda China ingin pemerintah memberlakukan pola 955, kerja dari jam 9 pagi hingga 5 sore, lima hari seminggu.

BACA JUGA: Xinhua Serukan Pengakhiran Jam Kerja Panjang di Sektor Teknologi

Ia menambahkan bahwa orang hanya dapat menikmati kerja lembur jika itu untuk pemenuhan kepuasan diri.

“Misalnya, saya telah mengerjakan 996 pada spreadsheet ini selama dua hari terakhir. Tapi saya senang. Saya menikmati prosesnya,” ujarnya. “Menyaksikan perkembangan spreadsheet ini dan kemudian mendapat tanggapan yang mendukung dari orang lain, saya merasa puas.”

Menurut pernyataannya di internet, dokumen tersebut telah mengumpulkan informasi dari 1.173 perusahaan dan telah ditonton lebih dari 100.000 kali hingga pukul 7 malam waktu Beijing, pada 12 Oktober.

Proyek ini awalnya diberi nama “Workers Lives Matter” tetapi kemudian diubah menjadi “Working Time” karena dianggap terlalu sensitif secara politik, menurut banyak media di China .

Logo Bytedance, perusahaan yang berbasis di China, pemilik aplikasi video pendek TikTok, atau Douyin, di kantornya di Beijing, China, 7 Juli 2020.

Proyek ini telah menimbulkan diskusi panas di Zhihu, di mana sebagian besar netizen menyatakan dukungan mereka.

“Saya menghargai orang-orang yang telah membuat dan mengerjakan spreadsheet ini. Pasti memakan waktu untuk melakukan semua pekerjaan ini,” kata seorang netizen.

“Dokumen ini memberikan banyak informasi dan memberikan gambaran yang lebih realistis tentang perusahaan-perusahaan ini kepada publik. Ini membantu orang untuk mengetahui apa yang diharapkan dan mendesak perusahaan untuk memperlakukan pekerja dengan lebih baik,” komentar netizen lain.

Meskipun waktu kerja, menurut menurut undang-undang perburuhan China , adalah delapan jam sehari dan tidak lebih dari 44 jam seminggu, perusahaan-perusahaan di China, terutama perusahaan teknologi besar, masih menuntut jam kerja yang berlebihan.

Orang-orang muda China kini cenderung mencari keseimbangan kehidupan kerja yang sehat. “Hidup lebih penting daripada kerja. Kami berharap kami dapat bekerja keras tetapi pada saat yang sama menjalani kehidupan yang baik,” tulis seorang netizen di Zhihu.

Para karyawan bekerja di kantor pusat toko diskon online China "Pinduoduo" grup di Shanghai, China 25 Juli 2018. (REUTERS/Stringer)

Jam kerja yang panjang pertama kali mendapat perhatian pada 2019, ketika sejumlah pekerja teknologi meluncurkan kampanye online serupa melawan "996".

Dalam beberapa bulan terakhir, kritik terhadap jam kerja yang panjang semakin bergaung, menyusul tindakan keras pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan teknologi terkait perlakuan mereka terhadap para pekerja.

Tahun ini, sejumlah perusahaan China, termasuk ByteDance, yang memiliki Tik Tok; platform video pendek Kuaishou; dan raksasa pengiriman makanan Meituan, telah menghapus kewajiban lembur pada akhir pekan. Mahkamah Agung China pada Agustus lalu menggambarkan "996" sebagai ilegal. [ab/uh]